JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Tim Pembela Prabowo-Gibran, Yusril Ihza Mahendra berharap amicus curiae Megawati Soekarnoputri yang dikirim ke Mahkamah Konstitusi (MK) tidak dianggap sebagai tekanan politik.
Megawati diketahui mengirimkan amicus curiae untuk perkara gugatan hasil pemilihan presiden (Pilpres) yang menyatakan Prabowo-Gibran menang.
“Mudah-mudahan itu (amicus curiae Megawati) tidak dianggap sebagai pressure politik,” kata Yusril dalam wawancara di program GASPOL! yang tayang di YouTube Kompas.com, Kamis (18/4/2024) malam.
Baca juga: GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK
Yusril menyebut, amicus curiae biasanya dikirim oleh pihak yang berada di luar perkara.
Namun, Megawati, meskipun bukan pihak yang berperkara, ia masih terkait dengan pemohon, yakni kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Meskipun amicus curiae itu diklaim ditulis oleh pribadi Megawati, namun ia merupakan Ketua Umum PDI-P, partai pengusung Ganjar-Mahfud.
Posisi Megawati dianggap berbeda dengan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Pengurus Pusat Muhammadiyah yang juga mengirim amicus curiae.
“Nah itu juga enggak boleh juga kalau sudah begitu (jadi tekanan politik). Kenapa saya mengatakan begitu? Karena kan Ibu Mega sedikit banyak terkait dengan perkara ini,” ujar Yusril.
Baca juga: Menerka Nasib Amicus Curiae di Tangan Hakim MK
Guru Besar Hukum Tata Negara itu juga menyoroti bentuk amicus curiae Megawati yang ditulis dengan tinta berwarna merah.
Warna tersebut bisa menimbulkan banyak persepsi baik negatif seperti marah atau positif seperti berani.
“Itu tergantung perspektif orang, bisa kamu bilang orang ini marah, orang ini ngaco, atau orang ini berani atau apa,” tutur Yusril.
Sebelumnya, dokumen amicus curiae Megawati diserahkan melalui Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto yang didampingi Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat dan Ketua Tim Hukum Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis.
Materi amicus curiae itu tidak berbeda dengan opini Megawati yang terbit di Harian Kompas beberapa hari sebelumnya.
Baca juga: Canda Hasto Merespons Rencana Pertemuan Jokowi-Megawati: Tunggu Kereta Cepat lewat Teuku Umar
Namun, Megawati menorehkan tambahan tulisan tangan yang mengingatkan MK mengambil keputusan yang bisa menjaga demokrasi di Indonesia.
"Rakyat Indonesia yang tercinta, marilah kita berdoa, semoga ketuk palu Mahkamah Konstitusi bukan merupakan palu godam melainkan palu emas," tulis Megawati sebagaimana dibacakan Sekretaris Jenderal PDI-P, Hasto Kristiyanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.