JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto memandang positif rencana bertemunya Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus calon presiden pemenang Pilpres 2024, Prabowo Subianto ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Menurut Hasto, itu bagian kesadaran sejarah untuk tidak menghilangkan partai berlambang kabah dalam perpolitikan nasional.
Seperti diketahui, PPP saat ini terancam gagal lolos parlemen akibat suaranya dalam Pileg 2024 tidak memenuhi ambang batas parlemen atau parliamentary threshold sebesar 4 persen.
"Kalau Pak Prabowo juga bersama-sama untuk membantu PPP, ya artinya karena kesadaran sejarah itu," kata Hasto ditemui di Kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (25/3/2024).
Baca juga: PDI-P Belum Bahas Kandidat Pilkada DKI 2024, Tunggu Hasil Gugatan MK
Hasto mengatakan, PDI-P pun sudah sejak awal membantu PPP. Setelah penetapan hasil Pemilu, pada Sabtu pekan lalu, Hasto mengaku bertemu dengan Ketua DPP PPP Achmad Baidowi atau Awiek.
Saat pertemuan itu, Hasto mengajak PPP melalui Awiek untuk bersama-sama membongkar proses Pemilu 2024 yang dinilai curang.
"Bahkan sejak perhitungan suara yang pertama, kami mengajak PPP untuk bersama-sama di pusat data PDI Perjuangan," tutur Hasto.
"Bahkan pada 2019, pemilu lalu kami diperintahkan oleh Bu Mega yang memegang amanat Mbah Maimoen untuk membantu PPP, karena sejarahnya," sambung dia.
Baca juga: PDI-P Kaget Hasil Pileg DPRD DKI Tak Sebagus Survei Internal Partai
Menurut Hasto, bantuan-bantuan yang diberikan karena PDI-P enggan PPP lantas hilang dalam perpolitikan nasional.
Kendati demikian, ia menyadari ada upaya operasi kekuasaan untuk menghilangkan PPP.
Terlebih, PPP disebut bagian dari partai politik pengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
"Di mana seluruh pendukung Ganjar-Mahfud itu partainya dikecil-kecilkan. PPP, Perindo, Hanura, dan PDI Perjuangan," katanya.
"Maka kami memberikan solidaritas tertinggi. Karena kami tidak ingin menghilangkan partai Kabah," sambung Hasto.
Lebih jauh, atas operasi kekuasaan itu, Hasto mengaitkannya dengan kekuasaan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca juga: Junimart Girsang Sebut PDI-P Komunikasi dengan Semua Fraksi soal Hak Angket, Termasuk Gerindra
Ia menilai, jika benar terbukti ada keterlibatan kekuasaan dalam operasi politik menghilangkan PPP dalam perpolitikan nasional, Presiden Jokowi bisa saja bertanggungjawab.