JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta pemimpin mengedepankan keikhlasan ketimbang popularitas.
Hal itu disampaikan dalam tayangan Gagas RI di Kompas TV, Jumat (9/2/2024). Mulanya, dalam forum itu seorang mahasiswa menanyakan pada Sultan bagaimana mewujudkan kedaulatan untuk kesejahteraan rakyat.
“Untuk melakukan kedaulatan di tangan rakyat itu yang penting itu kemauan itu mencintai rakyatnya tidak? Itu dulu saja,” ujar Sultan.
Baca juga: Soal Kritik Akademisi ke Jokowi, Sultan: Punya Aspirasi Kan Boleh
“Kalau dia merasa kuasa tapi tidak mencintai rakyatnya, bagaimana masyarakat akan bisa hidup merasa aman dan nyaman? Lepas dari konteks dia berada atau tidak,” sambung dia.
Ia lantas memberikan contoh bahwa seorang pemimpin harus bekerja keras untuk memastikan kenyamanan masyarakat.
Situasi yang nyaman itu, lanjut Sultan, bakal membuat masyarakat secara otomatis bekerja dengan keras untuk mencapai kesejahteraannya.
Menurutnya, upaya untuk menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan masyarakat merupakan bagian dari filosofi pemimpin yang selalu memberi.
“Pemahaman seperti itu harus bisa kita jamin, bahwa masyarakat keluar rumah di dalam rumah pun akan merasa aman dan nyaman. Itu saja tanpa bantuan yang lain, itu masyarakat akan menyesuaikan diri dengan kemampuan dia untuk mendapatkan sesuap nasi. Ini yang penting, karena sebagai bentuk komitmen pemimpin bagaimana harus memberi,” tutur dia.
Namun, Sultan mengingatkan para pemimpin agar tak pamer ketika melakukan kewajibannya untuk memberi bantuan masyarakat.
Ia lantas menyinggung, fenomena di mana seorang pemimpin dipublikasikan oleh media massa saat memberikan bantuan pada masyarakat.
Baca juga: Cucu Sultan HB X Ajak Alam Ganjar Keliling Keraton Yogyakarta
“Tapi, kalau memberi itu ikhlas, ndak perlu juga ada wartawan maupun televisi supaya dipotret. Karena itu nanti masuk televisi, loh wong (orang) ikhlas membantu bencana kok mesti membawa wartawan sendiri lebih banyak dari pada rombongannya, lho terus pie (gimana)? Ikhlas atau mau cari popularitas, kan beda,” papar Sultan.
Baginya, seorang pemimpin tak boleh mendongkrak popularitas saat memberikan bantuan. Sebab, hakekat seorang pemimpin adalah hadir dan mau turun langsung untuk menjadi solusi bagi warganya yang kesusahan.
“Nah hal-hal seperti ini bagi saya melakukan hal yang tabu gitu. Jangan dilakukan lah hal-hal seperti ini,” imbuh dia.
Baca juga: UGM dan UII Kritik Jokowi, Sultan: Sekarang Bagaimana Pemerintah Menanggapi
Diketahui akhir-akhir ini pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin menuai banyak kritikan karena pembagian bantuan sosial (bansos).
Banyak pihak menilai, pembagian bansos tak semestinya dilakukan oleh pemerintah jelang Pemilu 2024 karena dapat dianggap bermuatan politis.
Jokowi pun nampak kerap membagikan bansos saat melakukan kunjungan kerja (kunker) ke berbagai wilayah Tanah Air.
Baca juga: Jokowi Ajak Sultan Yogya Temui 5.000 Nasabah PNM Mekaar di Bantul
Saat ini, Jokowi juga banyak mendapatkan kritik dari para guru besar berbagai universitas karena dianggap tidak menjalankan demokrasi dengan baik.
Apalagi, putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka saat ini maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, mendampingi Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.