Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Setiap Pencitraan Itu Pasti Ada Unsur Penipuan, Politik Itu Medan Siasat"

Kompas.com - 24/11/2023, 19:58 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) J Kristiadi mengatakan, dalam setiap janji-janji atau pencitraan yang dijanjikan oleh setiap calon presiden (capres) itu pasti mengandung unsur penipuan.

Ia lantas mengingatkan bahwa politik merupakan tempat biasa terjadi dusta.

Hal tersebut disampaikan J Kristiadi dalam acara bertajuk "Ngobrol Etika Penyelenggara Pemilu Dengan Media" di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (24/11/2023).

"Politik itu medan pensiasat. Jadi, yang namanya dusta itu tidak mungkin bisa dibebaskan dari pergaulan politik, misalnya pencitraan. Setiap pencitraan itu pasti ada unsur penipuan," ujar J Kristiadi.

"Misalnya pakai sabun, bisa jadi lebih cantik. Atau pakai sampo ini, rambut tidak bisa gundul. (Ternyata) tidak ada yang terjadi. Sama saja politisi seperti itu, sama," katanya lagi.

Baca juga: MK Bacakan Putusan “Gugatan Ulang” Usia Capres-Cawapres pada 29 November 2023

Kristiadi mengatakan, publik tidak boleh memandang orang-orang yang terjun ke dunia politik sebagai orang suci.

Ia pun menegaskan bahwa tidak ada orang yang suci dalam politik. Sebab, dalam dunia politik, semua saling adu siasat.

Kristiadi lantas mengungkit kenangan di tahun 2013. Saat itu, ia ditanya oleh anak-anak muda yang penasaran apakah mereka bisa terjun ke dunia politik, tapi tidak terlibat praktik korupsi dan politik uang.

"Anak muda nanya, 'Pak Kris, saya sudah bosan dengan senior-senior saya yang main politik uang. Apa resepnya agar kita-kita yang muda ini tidak terlibat dalam politik uang. Tidak terlibat dalam korupsi seperti itu'. Saya bilang, tidak bisa," kata Kristiadi.

Baca juga: Romo Magnis ke Ganjar: Politik Bukan untuk Menangkan Orang Kiri Kanan, tapi Memajukan Bangsa

Menurutnya, ketika seseorang masuk ke dunia politik, maka mereka akan dikelilingi oleh perbuatan yang tidak terpuji.

Ia lantas mengibaratkan dengan selokan yang penuh comberan yang airnya kotor dan amis.

"Anda tidak mungkin bebas dari situ. Tapi, di mana moralitasnya? Moralitasnya adalah meskipun anda masuk dalam wilayah penuh comberan penuh kotoran, tapi Anda tidak boleh manfaatkan situasi itu untuk memandikan diri dengan air kotor itu," ujarnya.

Oleh karena itu, Kristiadi mengingatkan bahwa perlu batasan ketika terjun di dunia politik.

"Jadi jangan harap politik itu bisa jadi lembaga seperti lembaganya orang mau jadi orang suci," kata J Kristiadi.

Baca juga: Anak Muda Diharapkan Melek Politik Jelang Pemilu 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Nasional
Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Sesepuh Kopassus Bertemu | Prabowo Ingin Libatkan Megawati Susun Kabinet

[POPULER NASIONAL] Para Sesepuh Kopassus Bertemu | Prabowo Ingin Libatkan Megawati Susun Kabinet

Nasional
Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

Nasional
Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com