JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, pihaknya akan mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Gaza secara bertahap.
Menurutnya, evakuasi bertahap tersebut dilakukan karena perkembangan situasi yang dinamis di lapangan.
"Betul-betul situasi sangat dinamis. Tapi yang kita perlu pastikan adalah kalau toh ada perjalanan, maka perjalanan itu sudah mendapat jaminan keamanan dari semua pihak sehingga evakuasi dapat dilakukan dengan selamat," ujar Retno saat konferensi pers di Kantor Kemenlu, Jakarta Pusat, Rabu (1/11/2023)
Baca juga: Menlu: WNI di Gaza dalam Keadaan Baik, tetapi Komunikasi Tidak Lancar
"Kita berdoa agar evakuasi dapat segera dilakukan dengan selamat. Teman-teman jangan bertanya kapan evakuasi dapat dilakukan, tetapi yang dapat saya pastikan adalah bahwa kita terus berusaha. Kita terus berusaha," tegasnya.
Berdasarkan data terakhir yang dihimpun Kemenlu, saat ini ada 10 orang WNI di Gaza.
Mereka terdiri dari relawan dan keluarganya. Sebanyak tiga orang relawan dari Mer-C menyatakan masih akan tetap tinggal di Gaza.
Sehingga Kemenlu hanya akan mengevakuasi terhadap tujuh WNI. Retno pun mengungkapkan saat ini kondisi WNI di Gaza dalam keadaan baik.
Hanya saja, kata dia komunikasi antara Kemenlu dan WNI itu terkendala karena situasi di Gaza yang terbatas dari sisi akses komunikasi.
"Sejauh ini kita memperoleh informasi bahwa kondisi warga negara kita dalam keadaan baik. Baik di sini bukan berarti baik seperti kita, duduk-duduk di ruangan ini. Baik di tengah situasi yang sangat tidak baik," tutur Retno.
"Kita terus melakukan kontak dengan mereka, dan kontaknya pun juga on and off. Kadang nyambung, kadang tidak nyambung karena memang situasi, sehingga komunikasi tidak selamanya lancar," lanjutnya.
Meski begitu, Kemenlu terus berusaha melakukan komunikasi dengan WNI yang ada di Gaza.
Kontak tersebut melibatkan banyak pihak terkait. Sehingga berdasarkan proses tersebut ada kemungkinan evakuasi WNI dapat dilakukan Rabu hari ini.
Namun, Retno menegaskan bahwa yang dimaksud kemungkinan tetap menyesuaikan perkembangan di lapangan.
"Karena sekali lagi situasi tidak pernah dapat diduga. Untuk mempersiapkan kemungkinan evakuasi, maka kita sudah gerakkan tim kita dari Kairo (Mesir) menuju Rafah (Jalur Gaza, Palestina), karena sekali lagi satu-satunya pintu keluar yang tersedia adalah Rafah," jelasnya.