Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Korupsi Elite dan Lemahnya Rekrutmen Menteri

Kompas.com - 06/10/2023, 07:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perjalanan saya untuk kepentingan rakyat. 280 juta orang saya harus kasih makan, dan saya sudah kerja dengan itu...," – Syahrul Yasin Limpo (Kompas.com, 5/10/2023)

WALAU pekerjaan saya sebagai dosen tidak memberikan kekayaan berlimpah, tetapi bisa hidup sederhana tanpa hutang sana-sini apalagi terjerat pinjaman online atau pinjol, sudah merasa bersyukur.

Saat hidup sedang tidak enak-enaknya karena cuaca panas dan polusi yang tiada habisnya, saya pribadi merasa tersinggung ketika seorang menteri yang tengah “bermasalah” dengan hukum menyebut dirinya memberi “makan” kepada saya dan ratusan juta orang lainnya.

Saya tidak pernah merasa diberi makan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan tidak melihat hasil kunjungan kerjanya ke Italia dan Spanyol memberi dampak positif bagi kehidupan saya sekeluarga.

Harga beras kepala super premium yang dibeli istri saya di toko waralaba masih Rp 69.500 untuk berat lima kilogram. Terkadang saya berdua dengan istri mengudap beras porang seharga Rp 196.000 untuk satu kilogramnya.

Sekitar penghujung Januari 2023, dengan kebetulan saya dan Menteri Syahrul Yasin Limpo sama-sama berada di Warung Kopi Haji Anto di Jalan Made Sabara Kendari, Sulawesi Tenggara. Antara kami, bedanya sangat mencolok dan kontras.

Saya berada di pojok “menyeruput” kopi susu dengan sajian singkong goreng bersama dua anak buah saya. Sementara Syahrul ramai dikelilingi stafnya dari kementerian dan pejabat-pejabat daerah.

Syarul baru saja mengunjungi Konawe Selatan, kabupaten penghasil beras terbesar ke tiga di Sulawesi Tenggara.

Jika Gubernur Sulawesi Selatan 2008 – 2018 itu cuma sehari berada di Konawe Selatan, saya hampir empat bulan mengelilingi Konawe Selatan untuk mengumpulkan berbagai bahan untuk penulisan buku.

Sebagai kabupaten pemekaran dari Konawe, membayangkan ibu kota kabupaten di Andoolo ramai seperti Pacitan di Jawa Timur, ternyata tidak seperti itu. Padahal Pacitan pun juga senyap di atas jam 19.000. Selepas pegawai negeri pulang kantor, suasana Andoolo kembali sepi.

Para petani yang saya jumpai di berbagai wilayah Konawe Selatan, mengaku kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Bahkan di bekas lokasi transmigrasi di Kecamatan Ranomeeto, para petani mengakali kelangkaan pupuk subsidi dengan pupuk yang berasal dari kotoran hewan.

Selain pupuk, para petani yang saya temui di wilayah Kecamatan Konda, Laeyan hingga Lainea mengeluhkan sulitnya pemasaran hasil panen. Akibatnya, hasil panen berharga murah.

Belum lagi, jaringan irigasi persawahan tidak banyak mendapat perharian dari pusat maupun pemerintah daerah.

Jika saja para petani di Konawe Selatan maupun di daerah lain merasa mendapat “makan” dari Menteri Syahrul Yasin Limpo, tentu dengan pengunduran diri Syahrul Yasin Limpo pasti disambut duka mendalam.

Gonta-ganti presiden dan siapapun menteri pertaniannya, keluhan petani di manapun sangat seragam. Petani tidak bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Kepura-puraan elite & rasa sakit jelata

Fenomena petani bunuh diri karena gagal panen masih terjadi di Tanah Air termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Persoalan yang dihadapi petani begitu rumitnya.

Alih-alih ke Roma, Italia atau Spanyol untuk mewakili petani Indonesia di forum internasional, petani Indonesia masih terus dihadapkan pada persoalan gagal panen, sulitnya memasarkan hasil panen, kelangkaan pupuk hingga terlilit hutang.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah NTB, Baiq Isvie Ruvaeda malah berharap pihak Pemprov NTB dan kabupaten/kota segera mengambil langkah cepat yang jelas untuk menangani fenomena bunuh diri di kalangan petani (Radarlombok.co.id, 27 Februari 2021).

Sebelumnya, seorang petani bernama Dedi Subianto (31) dari Desa Perigi Kecamatan Suela, Lombok Timur ditemukan gantung diri pada 5 Februari 2021.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com