PRESIDEN Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping di Hotel Jinniu, Chengdu, China, pada 27 dan 28 Juli 2023.
Kedua pemimpin negara besar ini membahas penguatan kerja sama, serta isu regional dan global, termasuk tentang Indo-Pasifik.
Dalam kesempatan ini, Presiden Jokowi menekankan pentingnya menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik. Rivalitas antara negara-negara besar harus dikelola dengan bijaksana agar tidak menimbulkan konflik yang merugikan kawasan.
Pada sisi yang bersamaan, Presiden Jokowi juga sangat mengerti transformasi yang ajaib: dimulainya kembali komunikasi antara China dan Amerika Serikat demi mengapresiasi penyelesaian panduan percepatan negosiasi code of conduct di Laut Cina Selatan.
Oleh karena itu Indonesia mendukung perdamaian dan stabilitas kawasan.
Indonesia memiliki peran strategis dalam kawasan Indo-Pasifik. Kawasan ini penting bagi jalur maritim internasional dan menjadi perhatian bagi Indonesia sebagai negara maritim.
Lantas sebagai negara kepulauan terbesar dan anggota aktif ASEAN, Indonesia berperan dalam menjaga perdamaian, menjadi pusat jalur maritim internasional, mendorong kerjasama ekonomi, serta terlibat dalam diplomasi dan dialog regional.
Kendati demikian, boleh dibilang, hubungan Indonesia dan China terkait Laut China Selatan menjadi isu kompleks dan menarik perhatian internasional.
Soalnya: wilayah ini memiliki sumber daya alam melimpah, jalur perdagangan penting, serta potensi cadangan minyak dan gas. Kedua negara memiliki kepentingan berbeda sehingga menyebabkan ketegangan.
Bisa dipahami kemudian terjadi problem, di mana Indonesia dan China memiliki klaim tumpang tindih atas wilayah Laut China Selatan, khususnya Laut Natuna Utara yang merupakan bagian dari wilayah ekonomi eksklusif Indonesia.
Hal ini menyebabkan sengketa terkait batas maritim dan menjadi sumber ketegangan antara kedua negara.
Indonesia sudah menegaskan kedaulatannya atas wilayah Laut Natuna Utara dan menolak klaim maritim tumpang tindih dengan China.
Akan tetapi, ketegangan muncul karena aktivitas kapal patroli dan penangkapan ikan ilegal oleh kapal-kapal nelayan China di wilayah tersebut. Sebagai respons, Indonesia mengirimkan kapal perang dan pesawat tempur untuk menanggapi tindakan melanggar perbatasan.
Pada sisi lain kehadiran China yang semakin kuat di Laut China Selatan, melalui pembangunan pulau-pulau buatan dan instalasi militer, menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara tetangga, termasuk Indonesia.
Banyak pihak mengkhawatirkan bahwa perluasan kehadiran militer China dapat mengganggu stabilitas dan mengancam keamanan maritim di kawasan tersebut.
Maka Indonesia sebagai anggota penting dari ASEAN, yang tahun ini menjadi Ketua ASEAN, senantiasa berusaha mencapai konsensus dalam isu-isu regional.
ASEAN berperan dalam memfasilitasi dialog dan negosiasi antara negara-negara anggotanya, termasuk dalam sengketa Laut China Selatan.
Meskipun terdapat ketegangan dalam isu Laut China Selatan, Indonesia dan China tetap melakukan kerjasama di berbagai bidang seperti ekonomi, perdagangan, dan investasi.