Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soroti Intoleransi, Alissa Wahid: Banyak yang Ingin Eksklusif Beragama, Tak Mau Ada Orang dari Agama Lain

Kompas.com - 27/07/2023, 07:07 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sekaligus Ketua PBNU Alissa Wahid mendeteksi banyak kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia. Menurut dia, banyak orang yang ingin lingkungannya hanya diisi oleh agamanya saja.

Hal tersebut Alissa sampaikan saat menghadiri acara 'Launching Kampung Moderasi Beragama' di Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2023).

"Kita tahu kan sekarang kasus-kasus intoleransi. Banyak sekali sikap beragama secara eksklusif enggak ingin ada orang dari agama yang lain ada di lingkungan sekitar itu sangat tinggi. Di riset-riset juga banyak pelajar, guru di kantor dan segala macam," ujar Alissa.

Kemudian, Alissa meminta agar sentimen mengenai keberagaman agama tidak dipakai oleh para calon maupun pendukung di Pemilu 2024.

Baca juga: Walkot Bobby Setujui 6 Poin Tuntutan PBB, dari Penolakan Radikalisme hingga Intoleransi Beragama

Dia menegaskan para calon yang maju harus berkontestasi secara murni, yakni adu gagasan.

"Itu lebih baik daripada menggunakan sentimen agama. Ini yang terjadi, 'saya lebih soleh daripada itu', misalnya. Nanti ditakut-takutin, misalnya satu agama saja juga ada gitunya, 'oh, dia itu antek barat, inilah'. Itu kan ngerusak banget," tutur dia.

Alissa mengingatkan bahwa jabatan pemilu hanya dipakai untuk 5 tahun ke depan.

Dia mewanti-wanti jangan sampai ada calon yang membuat Indonesia rusak hingga waktu yang tak terbatas hanya karena jabatan selama 5 tahun.

Baca juga: Jokowi Resmi Lantik Saiful Rahmat Dasuki sebagai Wakil Menteri Agama

Terpisah, Dirjen Binmas Islam Kemenag Prof Kamaruddin Amin mengatakan pihaknya ingin mewujudkan kampung moderasi supaya masyarakat bisa bersama-sama hidup guyub dan saling menghormati.

Kamaruddin mengatakan, implementasi moderasi beragama jangan hanya sebatas disampaikan di seminar saja, melainkan harus dipraktikkan.

"Jadi intinya implementasi moderasi beragama itu tidak cukup hanya dinarasikan disampaikan secara elitis di seminar-seminar, di konferensi, atau simposium. Tapi harus diimplementasikan secara empiris di level grassroot kampung moderasi," kata Kamaruddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com