Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggap Revolusi Mental Jokowi Belum Optimal, Surya Paloh: Sayang Seribu Sayang

Kompas.com - 16/07/2023, 19:14 WIB
Tatang Guritno,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyebutkan gagasan revolusi mental yang digaungkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum optimal.

Ia mengatakan, pada 2014, Nasdem mendukung Jokowi untuk menjadi presiden karena yakin bisa membawa perubahan.

"Kita memberikan dukungan secara totalitas, kenapa? Karena kita mempunyai keyakinan dengan konsepsi, gagasan, dan pemikiran (Jokowi) yang sama dengan apa yang kita miliki," ujar Surya Paloh dalam pidatonya pada gelaran Apel Siaga Perubahan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Minggu (16/7/2023).

"Logika kita menyatakan, kita yakin progres perjalanan kemajuan kita berbangsa dan bernegara akan jauh lebih hebat, seperti apa yang kita harapkan," katanya lagi.

Baca juga: Waketum Nasdem Ungkap Surya Paloh Dapat Tekanan Usai Putuskan Anies Jadi Bakal Capres

Namun, ia menganggap gagasan dan ide Jokowi itu belum dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat.

"Tapi, sayang seribu sayang, harapan belum menjadi kenyataan, apa yang harus berani kita nyatakan tenggelam," ujar Surya Paloh.

Dalam pandangannya, kemajuan Indonesia jelang usia ke-78 tahun belum terjadi secara signifikan.

Meski demikian, tetap ada beberapa kinerja pemerintah yang memang dirasakan oleh masyarakat.

"Apabila kita berani dan menempatkan pemikiran secara kritis, obyektif, berdasarkan faktanya ada di tengah-tengah potret sosial kemasyarakatan yang ada saat ini," kata Surya Paloh.

Baca juga: Surya Paloh Klaim Gerakan Perubahan Senapas dengan Revolusi Mental Jokowi

Partai Nasdem dua kali memberikan dukungan kepada Jokowi dalam pemilihan presiden (pilpres), yakni pada 2014 dan 2019. Oleh karenanya, Nasdem tergabung dalam koalisi pemerintahan Jokowi.

Pada Pilpres 2024, Nasdem memutuskan untuk mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sebagai bakal calon presiden (capres).

Keputusan tersebut dianggap berseberangan dengan pandangan koalisi pemerintah. Sebab, Anies kerap dianggap sebagai antitesis dari Jokowi. 

Baca juga: Sadar Tak Mudah Pilih Anies sebagai Bakal Capres, Nasdem: Posisi Koalisi Berada di Pemerintahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com