Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Jika Prabowo Tak Jadi Gandeng Cak Imin, Dukungan dari Basis Pemilih Islam Akan Defisit

Kompas.com - 22/11/2022, 22:21 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengungkapkan untung rugi jika Prabowo Subianto tidak jadi menggandeng Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Menurut Umam, koalisi Gerindra dan PKB hampir dipastikan bubar jika hal itu terjadi.

Gerindra juga dinilai bakal kehilangan suara untuk memenangkan Prabowo. Terutama, suara dari basis pemilih Islam.

"Yang pasti, jika Prabowo tidak jadi menggandeng Cak Imin (Muhaimin Iskandar), maka dukungannya dari basis pemilih Islam akan mengalami defisit," kata Umam saat dihubungi Kompas.com, Selasa (22/11/2022).

Baca juga: Cak Imin Buka Peluang Cari Komposisi Baru, Pengamat: Koalisi Gerindra-PKB Hampir Pasti Bubar

Umam menilai, ada dua alasan mengapa suara dari basis pemilih Islam untuk Prabowo akan berkurang jika tak jadi menggandeng Muhaimin Iskandar.

Pertama, kelompok Islam konservatif dinilai sudah terlanjur kecewa dengan pilihan Prabowo masuk di pemerintahan.

"Sedangkan basis pemilih Nahdliyin selaku representasi dari kelompok Islam moderat tidak mudah dimobilisir karena Prabowo tidak menggandeng tokoh Nahdliyyin dan trauma para Kiai pasca Pemilu 2014 dan 2019 masih cukup kuat," ujarnya.

Tokoh Nahdliyin yang dimaksud adalah Cak Imin yang juga warga Nahdlatul Ulama (NU).

Sebaliknya, Muhaimin disebut bebas mencari komposisi baru untuk merespons kemungkinan duet Prabowo-Ganjar.

Baca juga: Cak Imin Ancam Bentuk Komposisi Baru, Gerindra Singgung soal Komitmen Koalisi dengan PKB

Umam mengatakan, PKB akan lebih leluasa mencari komposisi baru koalisi dengan membangun narasi politik Islam moderat di panggung demokrasi Indonesia.

"Sebab, kebersamaan Cak Imin dengan Prabowo membuka perdebatan di kalangan Kiai. Karena Prabowo sudah terlanjur dipandang sebagian kalangan Nahdliyin sebagai pihak yang ikut bertanggung jawab terhadap praktik eksploitasi politik identitas dalam Pemilu 2014, Pilkada DKI Jakarta 2017, dan Pemilu 2019," kata Umam.

Diketahui, PKB mengancam akan membentuk komposisi baru apabila Prabowo berpasangan dengan Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024.

"Saya bikin komposisi lain (jika Prabowo-Ganjar berduet)," kata Muhaimin Iskandar di kantor DPP PKB, Jakarta, Senin.

Baca juga: Waketum Gerindra: Banyak Tokoh yang Layak Dampingi Prabowo, Tak Tertulis pada Satu Orang

Meski begitu, Cak Imin tak membeberkan komposisi yang dimaksud saat ditanya.

Wakil Ketua DPR itu juga irit bicara ketika ditanya soal apakah legowo apabila tak berpasangan dengan Prabowo. Termasuk, saat ditanya mengenai peluang PKB keluar dari koalisi yang sudah dibangun.

Diketahui, Gerindra dan PKB telah resmi membentuk koalisi. Kendati demikian, hingga kini koalisi tersebut belum mengumumkan siapa pasangan capres-cawapres yang akan diusung kelak.

Sekalipun, masing-masing partai telah mendeklarasikan ketua umumnya untuk menjadi capres.

Baca juga: Cak Imin Buka Peluang Cari Komposisi Baru, Pengamat: Koalisi Gerindra-PKB Hampir Pasti Bubar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com