JAKARTA, KOMPAS.com - Artikel tentang respons Polri soal video penjelasan luka tak wajar di tubuh Brigadir J menjadi pemberitaan yang banyak dibaca di Kompas.com pada Minggu (17/7/2022).
Selain itu, artikel mengenai pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani tentang kemungkinan Puan Maharani menjadi calon presiden Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) juga menjadi terpopuler.
Kemudian, artikel tentang langkah terkini Polri mengusut kasus polisi tembak polisi yang menewaskan Brigadir J juga menarik minat pembaca.
Berikut ulasan selengkapnya.
Viral video yang menjelaskan sejumlah ketidakwajaran luka yang ada di jenazah Brigadir J atau polisi bernama Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Polri sebelumnya menyebutkan Brigadir J tewas karena baku tembak. Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, tim khusus yang dibentuk Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo masih bekerja.
"Biar tim selesai bekerja dulu," ujar Dedi saat dimintai konfirmasi Kompas.com, Minggu (17/7/2022).
Baca selengkapnya: Viral Video Penjelasan Luka Tak Wajar di Tubuh Brigadir J, Ini Tanggapan Polri
Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani menilai, masih terlalu jauh untuk membahas sosok calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang bakal diusung oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Adapun KIB merupakan koalisi yang terdiri dari Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golongan Karya (Golkar), dan PPP.
Arsul menyampaikan hal itu menanggapi aksi gowes bersama antara Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristyanto dan Sekjen PAN Eddy Soeparno yang dinilai sebagai sinyal bergabungnya PDI-P ke KIB.
Baca selengkapnya: Diplomasi Gowes PDI-P dan PAN, PPP: Terlalu Pagi untuk Bicara Mbak Puan sebagai Capres dari KIB
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo memaparkan langkah terkini kepolisian dalam mengusut kasus kematian Brigadir J atau polisi bernama Nofriansyah Yosua Hutabarat yang disebut tewas dalam baku tembak.
Dedi menyebutkan, Polri terus memperkuat proses pembuktian ilmiah untuk mengusut penembakan yang diduga dilakukan Bharada E kepada Brigadir J di rumah dinas Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Irjen Ferdy Sambo.
Menurutnya, langkah itu perlu dilakukan demi menghindari spekulasi-spekulasi yang kebenarannya belum bisa dipertanggung jawabkan.