Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Pesona NU yang Jadi Rebutan Elite Menjelang Tahun Politik

Kompas.com - 24/05/2022, 14:38 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pesona Nahdlatul Ulama (NU) selalu memikat para elite politik setiap menjelang perhelatan pemilihan umum atau suksesi kepemimpinan daerah sampai nasional.

Meski NU menyatakan tidak akan terlibat dalam kegiatan politik praktis dan fokus sebagai organisasi masyarakat, sesuai dengan hasil Muktamar 1984, tidak bisa dipungkiri mereka tetap mempunyai pengaruh yang kuat.

Setiap menjelang pemilu dan pemilihan presiden, semua elite politik rajin sowan kepada pimpinan Pengurus Besar NU hingga para kyai-kyai mereka di daerah. 

Menurut pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Idil Akbar, NU memang memiliki peran besar dalam mewarnai perpolitikan Tanah Air.

Baca juga: Kelakar Gus Yahya ke Panglima TNI: Jangan-jangan Pak Andika NU Juga

Di masa lalu, tepatnya pada pemilihan umum 1955 di masa pemerintahan Orde Lama yang dipimpin Presiden Sukarno, NU pernah berjaya sebagai partai politik. Saat itu Partai NU menduduki posisi ketiga dalam perolehan suara dan mendapatkan 91 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat.

Partai NU berdiri setelah memutuskan berpisah dari Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 1952.

Lantas pada Pemilu 1971 di masa Orde Baru, Partai NU mendapatkan 10,213,650 suara dan 58 kursi di DPR.

Setelah itu, Partai NU dilebur ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akibat kebijakan Presiden Suharto untuk menyederhanakan partai politik. Yakni dengan membentuk poros demokrasi pembangunan yang memberikan wadah politik bagi kelompok Islam melalui PPP, dan poros demokrasi nasional melalui Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Sedangkan Golongan Karya (Golkar) pada saat Orde Baru tidak disebut sebagai partai politik, tetapi hanya sebagai organisasi berdasarkan kekaryaan atau kalangan profesional. Golkar pun menjadi mesin politik untuk mendukung kekuasaan Orde Baru dan Suharto.

Baca juga: Menilik Kesibukan Silaturahmi NU Menjelang Tahun Politik

"Kita harus akui bahwa NU memang ormas Islam terbesar di Indonesia. Memiliki banyak kader-kader militan yang disebut dengan warga Nahdliyin itu yang kemudian tentu saja cukup memiliki pengaruh besar di dalam kancah politik dan sosial di Indonesia," kata Idil saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/5/2022).

Karena kekuatan suara itu, kata Idil, maka akhirnya NU menjadi incaran banyak elite politik demi memuluskan kepentingan politik mereka dengan merapat ke Pengurus Besar NU, para kyai, dan juga kalangan pesantren.

"Karena pada dasarnya memang mereka ingin mendapatkan potensi suara besar dari warga-warga Nahdliyin," ujar Idil.

Di samping itu, menurut Idil yang membuat NU dan para pendukungnya menjadi rebutan para elite politik adalah karena militansi. Selain itu, para kyai NU yang mempunyai basis massa dari kalangan pesantren juga cukup memberikan pengaruh yang kuat buat menentukan ke mana dukungan politik warga Nahdliyin akan diberikan.

Sebab para santri dan pengikut sang kyai lazimnya akan sangat patuh dan taat terhadap segala ucapan dan tindakannya.

Baca juga: Ketum PBNU Jadi Pembicara Utama di Hadapan 150 Pemimpin Agama Internasional

"Jadi kesan sami'na wa atho'na terhadap para kyai itu menjadi sangat penting ketika mereka dihadapkan pada satu pilihan," ucap Idil.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com