JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) berpandangan, Presiden Joko Widodo yang rutin memakai pakaian adat dalam pidato kenegaraan sejak tahun 2017 hanya pencitraan semata.
Koordinator Kontras Fatia Maulidiyanti mengatakan, pemakaian pakaian adat itu masih belum dibarengi dengan pemberian hak masyarakat adat dalam menyampaikan aspirasi di tengah banyaknya program pembangunan di daerah.
“Saya rasa ini hanya menjadi gimik semata dan pencitraan bahwa Indonesia kaya akan budaya,” kata Fatia dalam diskusi virtual, Selasa (17/8/2021).
“Tetapi terkait soal bagaimana hak masyarakat adat itu sendiri tidak pernah menjadi perhatian di tengah banyaknya pembangunan yang tidak juga melibatkan partisipasi publik,” ucap dia.
Baca juga: Kontras: Pidato Kenegaraan Jokowi Hanya Gimik Selama Ada Pelanggar HAM di Sekitarnya
Fatia pun mencontohkan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 di Papua yang dinilai terlalu dipaksakan.
Ia menilai, saat ini penyebaran kasus Covid-19 di Indonesia masih cenderung tinggi, sehingga keputusan pelaksaan PON di sana dinilai tidak memperhatikan situasi masyarakat.
“Jadi justru keberadaan PON ini malah memperburuk suasana dan sangat memaksa dan tidak memperhatikan situasi masyarakat sipil di tengah maraknya Covid-19,” ujar dia.
Kemudian, Fatia menyoroti perihal pendekatan keamanan dan militerisasi yang masih dilakukan di Papua, termasuk dalam hal penanganan pandemi.
Hal ini pun dinilainya semakin mempersempit ruang masyarakat sipil di Bumi Cendrawasih.
“Jadi sudah tidak ada ruang sama sekali, ataupun, ruang yang sangat sempit untuk bentuk-bentuk kebebasan fundamental yang mestinya dimiliki oleh masyarakat, khususnya orang-orang di kelompok rentan,” tutur dia.
Baca juga: Pakai Jas, Jokowi-Maruf Ikuti Upacara Penurunan Bendera
Saat menghadiri sidang tahunan MPR RI Tahun 2021, Senin (16/8/2021), Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat urang Kanekes yang dikenal juga sebagai suku Badui, Banten.
Jokowi memakai setelan atasan dan celana hitam dengan lencana merah putih di dada sebelah kiri.
Presiden juga mengenakan udeng kepala berwarna biru, sandal berwarna hitam ala orang Kanekes atau Badui, lengkap dengan tas rajut berwarna coklat.
Sementara itu, pada tahun 2020, Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Sabu Raijua asal Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ia tampak dengan pakaian hitam lengan panjang dengan balutan kain dan topi berwarna emas khas NTT.