Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kasatgas Temukan 2 Pelanggaran Hukum dalam Pengadaan Bansos Covid-19

Kompas.com - 06/07/2021, 20:47 WIB
Irfan Kamil,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Kepala Satuan Tugas Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Andre Nainggolan menyebut setidaknya ada dua pelanggaran yang ditemukan dalam proses penyidikan kasus korupsi pengadaan bantuan sosial (bansos) Covid-19.

Adapun perkara bansos Covid-19 di lingkungan Kementerian Sosial itu, setidaknya menyeret mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) serta Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kemensos jadi tersangka di KPK.

"Untuk kasus bansos yang saya tangani, yang melibatkan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara ini, kami menemukan ada dua perbuatan melanggar hukum," kata Andre dalam diskusi publik bertajuk "PPKM Darurat: Jangan Ada Babak Baru Korupsi Bansos", Selasa (6/7/2021).

Pelanggaran pertama, kata Andre, yakni perbuatan penyuapan kepada Menteri Sosial Juliari Batubara dan setidaknya kepada dua pejabat yaitu PPK dan KPA.

Pelanggaran berikutnya, yakni keikutsertaan pejabat Kemensos dalam penyediaan barang untuk bansos Covid-19 atau conflict of interest.

Baca juga: KPK Setor Uang Denda dan Pengganti dari 4 Terpidana, Salah Satunya Penyuap Juliari Batubara

Andre menyebut, anggaran pengadaan bansos Covid-19 berupa sembako yang akan didistribusikan kepada masyarakat Jabodetabek itu bernilai Rp 6,8 triliun.

Pembagian sembako itu, dilakukan dalam dua gelombang besar untuk distribusi semester awal yang dibagikan pada April sampai Juni dan gelombang kedua dari Juli sampai Desember dengan total seluruhnya adalah 12 tahap penyaluran.

Adapun 12 tahap penyaluran itu, akan diberikan kepada 1,9 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dan satu juta komunitas dengan penyaluran 12 kali kepada KPM dan 2 kali kepada komunitas.

"Jadi nilai paket itu sendiri per penerimaan mereka, tiap kepala keluarga penerima manfaat itu bernilai Rp 300 ribu yang terdiri dari Rp 270 ribu itu merupakan nilai sembakonya," kata Andre.

"Kemudian, Rp 15 ribu untuk nilai transportnya atau distribusi perpindahan barang dan Rp 15 ribu untuk packaging-nya atau biasa disebut dengan goodie bag," ucap dia.

Baca juga: Politisi PDI-P Ikhsan Yunus Bantah Minta Jatah Paket Bansos ke Juliari Batubara

Andre mengatakan, dalam proses pendistribusian sembako tersebut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) melakukan penelitian dan menemukan ada yang tidak tepat dan mengakibatkan kerugian negara dalam proses tersebut.

Temuan itu dilakukan saat Bansos Covid-19 didistribusikan pada terhadap ke lima.

"Entah karena data penerimanya (tidak tepat), atau kemahalan harga (sembakonya)," kata Andre.

Sementara itu, terkait penyedia barang dalam paket bansos tersebut, kata Andre, setidaknya melibatkan sebanyak 109 perusahaan besar dan kecil.

Eks Mensos Juliari, kata dia, membagi membagi perusahaan itu dalam 4 kelompok pembagian untuk setiap satu tahapan yang berisi 1.900.000 paket.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com