JAKARTA, KOMPAS.com - "Hal sedikit yang kita bisa lakukan itu, jangan-jangan bisa memberikan kontribusi yang luar biasa bermakna buat orang lain," begitulah pesan Inisiator Platform LaporCovid-19-19 Irma Hidayana.
Nama Irma mungkin sudah tak asing lagi di kalangan pegiat kesehatan masyarakat mengingat sepak terjangnya bersama rekan-rekan mendirikan platform pelaporan masyarakat untuk semua keluhan dalam penangan Covid-19.
Berdirinya platform tersebut berawal dari keresahan Irma melihat begitu lambatnya respon pemerintah terhadap pandemi Covid-19 yang pada awal tahun 2020 muncul di Wuhan, China dan merambah ke negara-negara lain.
"Indonesia itu keep denying kalau negara kita itu enggak ada virus," kata Irma dalam wawancara khusus dengan Kompas.com.
Baca juga: Platform LaporCovid-19-19, Warga Bisa Berikan Informasi yang Belum Terdeteksi Pemerintah
Menurut Irma, sikap pemerintah Indonesia yang sering kali membantah bahwa Covid-19 tidak masuk ke wilayah Indonesia sangat bisa diragukan.
Mengingat negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah mendapati kasus Covid-19, sementara penerbangan dan jalur masuk warga negara asing ke Indonesia kala itu masih terbuka lebar.
Berangkat dari keresahan tersebut, Irma akhirnya mulai berbincang dengan beberapa teman dekat yang bukan berasal dari bidang kesehatan masyarakat.
Pasalnya, saat itu ia melihatnya persoalan pandemi ini tidak hanya akan menyerang aspek kesehatan masyarakat, tetapi juga politik, ekonomi dan lain sebagainya.
"Dan saya mikirnya udah human right, hak atas kesehatan dalam penanganan pandemi ini jelas-jelas dari awal hak atas kesehatan tidak dijamin dan dilindungi seperti amanah konstitusi," ujarnya.
Usai berbincang, Irma kemudian menunjukkan adanya studi faktor risiko Covid-19 di Wuhan para rekannya dan melihat perlu data yang transparan dan akuntabel dalam penanganan pandemi ini.
Baca juga: Data Kematian Milik LaporCovid-19 Lebih Banyak 4 Kali Lipat dari Pemerintah, Ini Penjelasannya
Sayangnya data tersebut belum bisa didapatkan, ia melihat pemerintah masih lemah dalam mendeteksi masyarakat yang terjangkit Covid-19.
Bahkan pada kasus awal, justru para pasien yang berinisiatif meminta pihak rumah sakit memeriksanya.
"Jadi saya dan teman-teman sepakat ya udah kita mengoleksi data dari masyarakat aja," tutur Irma.
Hingga akhirnya lima hari atau kurang lebih seminggu setelah diumumkannya pasien pertama Covid-19, Irma bersama rekan-rekannya sepakat membuat platform LaporCovid-19.
Saat mendirikan LaporCovid-19, perempuan yang mendapat gelar doktor di bidang ilmu kesehatan dan perilaku dari Columbia University ini terinspirasi pada sidang konvensi hak anak di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca juga: Kartini dan Pemikiran tentang Perempuan Berani, Mandiri, dan Penuh Perjuangan...