Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantang Pulang Sebelum Padam ala Irma Hidayana, Inisiator Platform LaporCovid-19

Kompas.com - 21/04/2021, 08:23 WIB
Sania Mashabi,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

Irma mengatakan, dalam sidang tersebut pemerintah menyampaikan kondisi tertentu namun, masyarakat masih memiliki kesempatan melaporkan secara independen.

"Kita terjemahkan dalam bentuk kanal pelaporan supaya warga bisa mengakses, berpartisipasi kita sambil mendorong pemerintah supaya membangun sistem datanya yang baik seperti apa," imbuhnya.

Awalnya, Irma menjalani LaporCovid-19 ini hanya dengan tujuh orang temannya, namun meningat banyak kasus yang belum terdeteksi dan meluasnya masalah Covid-19 di Indonesia ia memutuskan untuk membuka pendaftaran relawan yang pernah mencapai hingga 250 orang.

Para relawan itu terdiri dari mahasiswa, dokter, perawat, pengusaha, ibu rumah tangga, hingga pengiat kesehatan. LaporCovid-19 juga bekerja sama dengan lembaga di bidang kesehatan, universitas hingga ahli epidemiologi.

Selama bergerak di LaporCovid-19, Irma beserta rekannya melakukan kegiatan mulai dari pengumpulan data yang berasal dari laporan masyarakat melalui laman LaporCovid-19 dan data milik pemerintah.

Selain itu, ia juga melakukan riset-riset terkait penanganan Covid-19 di Indonesia yang akhirnya memberikan rekomendasi dan melakukan langkah advokasi ke pemerintah.

Baca juga: LaporCovid-19-19: Kondisi Pandemi di Indonesia Masih Buruk

Irma pun mengaku senang bisa berkecimpung bersama teman dan relawan di LaporCovid-19.

Pasalnya, meski diliputi pekerjaan yang banyak tim tersebut tetap bertahan bahkan selama setahun lebih untuk melakukan berbagai macam pendataan dan advokasi terkait Covid-19.

"Tapi ketika ada langkah advokasi yang didengar kita jadi seneng," tuturnya.

Serangan mental

Namun, perjalanan Irma di LaporCovid-19 bukan tanpa masalah, tak jarang justru mentalnya sering dihajar kekecewaan oleh sikap pemerintah.

Terlebih lagi saat ia mencoba untuk untuk mendapatkan data tes pemeriksaan laboratorium polymerase chain reaction (PCR) di tingkat kabupaten/kota.

Sudah setahun ia menunggu, namun data tersebut tak kunjung bisa diakses oleh publik, padahal data tes tersebut bisa menjadi rapot evaluasi pemerintah dalam penanganan Covid-19.

"Kita enggak dikasih clue berapa jumlah tes yang mereka lakukan. Jadi kita cuman taunya, kita enggak akan tau positivity rate di wilayah masing-masing daerah enggak tau," kata Irma.

Belum lagi ia melihat banyaknya pasien Covid-19 yang memerlukan bantuan dalam segala bentuk advokasi termasuk mencarikan tempat tidur rumah sakit untuk perawatan.

Baca juga: Gugat Pilkada, Inisiator LaporCovid-19: Pemerintah Abaikan Hak Kesehatan Masyarakat

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Nasional
Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Nasional
Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Nasional
Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk 'Distabilo' seperti Era Awal Jokowi

Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk "Distabilo" seperti Era Awal Jokowi

Nasional
Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Nasional
KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

Nasional
Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Nasional
Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Nasional
Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Nasional
Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Nasional
Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com