Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Epidemiologi Tak Sepakat RI Disebut Jadi Kelinci Percobaan Vaksin Covid-19

Kompas.com - 29/08/2020, 13:29 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat, Juhaeri Muchtar mengaku tak sepakat jika ada pihak yang menyebut Indonesia menjadi kelinci percobaan terhadap uji klinis vaksin Covid-19 dari China.

Sebab, kata Juhaeri, pengujian vaksin dilakukan terhadap orang-orang yang sehat berbeda dengan pengujian obat yang harus diberikan kepada orang sakit.

"Saya dengar kita cuma jadi kelinci percobaan, saya enggak mau membela siapa-siapa, tapi mendudukkan persoalannya istilah itu kurang tepat, karena kalau kita menguji klinis untuk vaksin kita menguji orang sehat, sedangkan obat untuk orang sakit, jadi sudah biasa uji vaksin ini," kata Juhaeri dalam diskusi secara daring bertajuk 'Jakarta dan Dunia Memerah Lagi' pada Sabtu (29/8/2020).

Baca juga: Perjalanan Ridwan Kamil Disuntik Vaksin Covid-19, Ada Kisah Nasihat Ibundanya

Juhaeri mengatakan, dalam melakukan pengujian vaksin para peneliti tentu mengacu pada protokol-protokol mulai dari segi etis, hukum, dan sains.

"Jadi enggak masalah dan sudah biasa dengan kaidah-kaidah hukum dan siantifik yang jelas," ujarnya.

Lebih lanjut, Juhaeri meminta, pemerintah tak menekan para peneliti agar dapat segera menyelesaikan tahapan uji klinis vaksin.

Sebab, tahapan-tahapan yang harus dilewati dalam membuat vaksin memakan waktu yang lama.

Baca juga: Eijkman Targetkan Uji Klinis Tahap Pertama Vaksin Merah Putih Trimester II-2021

"Kita optimistis (vaksin Covid-19), tapi tak terburu-buru dan menekan peneliti atau ilmuwan untuk cepat-cepat, karena bisa tidak proper," pungkasnya.

Sebelumnya, rencana uji klinis fase III vaksin virus corona di Indonesia mengundang berbagai respons warganet di media sosial Twitter.

Warganet menyebut uji klinis vaksin yang diperoleh dari perusahaan China, Sinovac, ini adalah cara untuk menjadikan penduduk Indonesia kelinci percobaan dalam penelitian pengembangan vaksin.

Adapun, Ketua Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Erick Thohir membantah bahwa Indonesia dijadikan kelinci percobaan untuk vaksin Covid-19 buatan Sinovac asal China.

Menurut Erick, Sinovac saat ini tak hanya melakukan uji klinis tahap III di Indonesia saja.

Baca juga: Satgas Penanganan Covid-19: Vaksin Merah Putih Belum Terdaftar di WHO

“Tidak. Karena kalau kita kelinci percobaan, Sinovac sendiri uji coba enggak di Indonesia saja. Ada Brasil, Bangladesh,” ujar Erick seperti dikutip Komps.com dalam acara Rosi yang tayang di KompasTV, Jumat (28/8/2020).

Pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN ini menjelaskan, Sinovac telah melakukan uji klinisi tahap I dan II. Artinya, diuji klinis tahap III sudah aman jika disuntikan ke manusia.

“Perusahaan yang kita kerjasamakan perusahaan yang sudah uji klinis III, bukan I dan II. Yang ketiga itu sudah manusia, termasuk kita juga berani kerja sama dengan UEA (Uni Emirat Arab) karena juga sudah uji klinisi III dan 45.000 relawan dan 85 suku bangsa,” kata Erick.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com