Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wiranto: Jangan Sampai Tahun Politik Menyebabkan Trauma di Masyarakat

Kompas.com - 07/03/2018, 12:56 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menginstruksikan jajaran menteri Kabinet Kerja untuk membangun persepsi positif di masyarakat dalam hal pelaksanaan Pilkada Serentak 2018.

Instruksi itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto dalam Rapat Kerja Nasional Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial 2018 di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (7/3/2018) pagi.

"Ada istilah, 2018 dan 2019 itu tahun politik karena ada pilkada dan pilpres. Kebiasaan kita, memahami tahun politik itu mesti suhu politik meningkat. Kebiasaan kita, tahun politik itu mesti ada konflik. Inilah yang jangan kita budayakan," ujar Wiranto.

"Kemarin waktu rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi, kita semua diingatkan jangan sampai tahun politik ini menyebabkan trauma di masyarakat, seakan-akan tahun politik itu mesti ada konflik. Jangan," kata dia.

(Baca juga: Jaksa Agung: Demi Menang Pilkada, Segala Cara Cenderung Dihalalkan)

Jika masyarakat berpersepsi demikian, menurut Wiranto, akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Bentuk paling ekstrem, masyarakat menjadi takut dalam beraktivitas.

"Kalau sudah begini bahayanya apa? Turis menurun, negara-negara yang tadinya dia mau investasi jadi wait and see. Ya iyalah, mana ada negara yang mau masukin uangnya ke negara yang enggak aman, negara bodoh namanya," ujar Wiranto.

Oleh sebab itu, melalui rakornas yang dihadiri seluruh sekretaris daerah tingkat kota, kabupaten hingga provinsi ini, Wiranto ingin mengajak agar pemerintah daerah ikut berkontribusi dalam membangun persepsi positif di masyarakat terkait pilkada.

"Peserta rakornas ini nantinya membuat persepsi, pilkada pasti aman. Jangan pilkada malah konflik. Kalaupun ada konflik, mari kita potong akar konfliknya agar tidak lagi tumbuh," ujar Wiranto.

Kompas TV Simak dialognya dalam Sapa Indonesia Malam berikut ini!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Soal Polemik UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Soal Polemik UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com