Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membahas VIK di Singapura, Membaca Masa Depan Surat Kabar...

Kompas.com - 06/12/2017, 07:37 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

KOMPAS.com - Berapa detik yang dibutuhkan untuk membaca 2.000 kata dalam sebuah tulisan? Jawaban ini bisa sangat beragam. Sebab, rata-rata kecepatan baca tiap orang berbeda-beda.

Andai berbekal kecepatan baca 160 kata per menit, maka membaca dengan menyuarakan satu artikel berisi 2.000 kata menurut kalkulator maya speechinminutes akan membutuhkan waktu 12,5 menit.

Membaca artikel panjang sendiri merupakan sesuatu yang sudah menjadi kultur dalam surat kabar. Penulis menggunakan cara bertutur untuk memberikan penjelasan mendalam. Namun, kini situasinya berubah.

"Berapa lama umumnya waktu yang dihabiskan untuk membaca sesuatu yang kita ceritakan? Bagaimana jika itu butuh sepuluh kali lebih lama dari yang biasa dibaca orang saat ini?" ujar Kevin Anderson, mantan editor di BBC dan The Guardian, saat berbicara di Nanyang Technological University, Singapura, Selasa (5/12/2017).

Format long form yang satu rumah dengan VIP atau Visual Interaktif Premium itu juga mendapatkan Internasional Asian Digital Awards pada awal November lalu, di samping juga Best Website kategori News/Entertaiment dalam ajang Bubu Awards v.10.VIP KOMPAS.COM Format long form yang satu rumah dengan VIP atau Visual Interaktif Premium itu juga mendapatkan Internasional Asian Digital Awards pada awal November lalu, di samping juga Best Website kategori News/Entertaiment dalam ajang Bubu Awards v.10.
Kevin yang berbicara dalam media workshop hasil kerja sama World Association of Newspapers and News Publishers (WAN IFRA) dan RGE Journalism Workshop 2017 itu menyatakan, pada dasarnya kita ingin orang tetap membaca cerita kita dan menghabiskan waktu lebih lama, sekalipun kenyataan yang ada malah sebaliknya.

Hal tersebutlah yang kemudian menjadi tantangan bagi surat kabar, dan lebih jauh juga menjadi tantangan dalam menarik pengiklan untuk menjaga keberlangsungannya.

Mengacu pada istilah paparan berformat panjang atau long form, Kevin kemudian memberikan sejumlah contoh bagaimana media internasional memberikan cerita panjangnya dalam bentuk yang tidak sepenuhnya tulisan.

Mereka mengandalkan visual, ilustrasi dalam bentuk lebar hingga mengganti paragraf-paragraf berisi data menjadi sebuah infografis.

Dari sekian contoh bentuk long form internasional, Kevin kemudian tanpa diduga-duga mengakhiri contoh dengan memperlihatkan VIK "Genggam Kembali Senjata Tradisional Indonesia" dan VIP "Keluarga Kuat, Indonesia Hebat" dari Kompas.com.

"Di Indonesia Kompas.com sudah membuat ini, VIK. Lalu coba lihat ini (VIP), 'sponsored'," Kevin membacakan kata dalam label merah yang tertera di muka VIP "Keluarga Kuat, Indonesia Hebat", menggambarkan contoh salah satu cara monetasi media dengan paparan berformat panjang.

Bukan kali ini saja VIK atau Visual Interaktif Kompas dianggap sebagai bentuk inovasi dalam perkembangan media massa, baik dalam negeri maupun secara internasional.

Format long form yang satu rumah dengan VIP atau Visual Interaktif Premium itu juga mendapatkan Internasional Asian Digital Awards pada awal November lalu, di samping juga "Best Website" kategori News/Entertaiment dalam ajang Bubu Awards v.10.

Baca: VIK Kompas.com Raih Penghargaan Internasional Asian Digital Awards

Maka, ketika berbicara tentang masa depan media dengan kultur surat kabar berformat long form, perubahan dalam cara menyampaikan menjadi kuncinya.

"Masa renaisans jurnalis (berformat paparan panjang) tidaklah mustahil bagi mereka yang mencari cerita, riset, wawancara, memfilmkannya, memotretnya, lalu menjahitnya menjadi satu dengan narasi yang benar dan melalui pengawasan editorial," kata Kevin mengutip editor feature di BBC News Online, Giles Wilson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com