JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR asal Fraksi PDI-P Masinton Pasaribu mendesak polisi mengungkap auktor intelektualis di balik kelompok Saracen yang menyebar hoaks melalui berita-berita SARA.
Ia mengatakan, ada kemungkinan Saracen dibentuk bukan hanya karena motif ekonomi, tetapi juga motif politik.
"Pasti dia ini enggak berdiri sendiri. Meski katanya motif ekonomi, ini harus diusut tuntas siapa auktor intelektualis di baliknya. Penegak hukum enggak boleh ragu agar bisa melindungi keragaman di masyarakat kita dan menciptakan kondusivitas di masyarakat," ujar Masinton, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (25/8/2017).
Di era digital seperti sekarang ini, kata Masinton, keberadaan pasukan siber (buzzer) untuk kepentingan politik banyak bermunculan.
"Kita lihat kalau penggunaan medsos itu ada ternak buzzer, akun anonim untuk baik menebar berita hoaks, propaganda, fitnah atau isu lain sesuai order pemesannya baik motif politik atau motif lainnya," lanjut dia.
Baca: Chico Hakim: Kata Presiden soal Saracen, "Mengerikan"
Kelompok Saracen telah eksis sejak November 2015. Mereka menggunakan beberapa sarana untuk menyebarkan ujaran kebencian berkonten SARA.
Media tersebut antara lain di Grup Facebook Saracen News, Saracen Cyber Team, situs Saracennews.com, dan berbagai grup lain yang menarik minat warganet untuk bergabung.
Hingga saat ini diketahui jumlah akun yang tergabung dalam jaringan Grup Saracen lebih dari 800.000 akun.
Saracen mengunggah konten ujaran kebencian dan berbau SARA berdasarkan pesanan.
Tujuan mereka menyebarkan konten tersebut semata alasan ekonomi.
Bareskrim Polri hingga saat ini masih menelusuri orang-orang yang terlibat dalam kelompok Saracen.
"Masih terus didalami apakah (kepengurusannya) hanya karangan JAS (tersangka) atau ada faktor lainnya," ujar Kepala Sub Bagian Operasi Satuan Tugas Patroli Siber pada Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, AKBP Susatyo Purnomo.