Sebagai bagian dari rangkaian Safari Kebangsaan Merajut Kebhinnekaan, Ketua MPR Zulkifli Hasan mengunjungi Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh yang berlokasi di Lowok Waru, Malang, Jumat (13/5/2016). Pada kunjungannya tersebut Zulkifli kembali menyampaikan rasa prihatin akan semakin lunturnya moralitas dan rasa kebangsaan anak muda Indonesia.
"Ada yang tidak mengerti lambang negara, tidak kenal pahlawannya sampai patungnya diinjak-injak, lalu akhir-akhir ini juga ada juga yang tidak tahu sejarah kelam tahun 1965 terkait komunisme," ujar Zulkifli.
Menurutnya, ini adalah persoalan yang darurat. Zulkifli juga menyampaikan bahwa menurut riset Lembaga Ketahan nasional (Lemhanas), generasi anak muda saat ini yang disebut generasi Y sangat terpapar oleh budaya asing akibat berkembangnya teknologi informasi. Ditakutkan semakin lama tidak ada lagi yang peduli sejarah Indonesia dan pentingnya Nusantara. Rasa kebangsaan pun semakin luntur.
"Bukan tidak mungkin, 50 tahun ke depan anak-anak muda kita sudah tidak lagi peduli akan sejarah Indonesia, nusantara, dan tidak ada lagi nasionalisme. Karena mereka sudah merasa menjadi anak-anak global," katanya lagi.
Kemudian, ia pun menyoroti soal maraknya kasus kejahatan seksual dan palanggaran moral yang dipicu oleh miras dan narkoba. Kejahatan biasanya juga dilakukan secara berkelompok. Berawal dari kasus di Bengkulu, sejumlah berita soal kasus kejahatan seksual yang dipicu miras dan narkoba terus bermunculan.
Saat ini timbul beberapa wacana bentuk hukuman untuk para pelaku. Mulai dari gelang cip hingga kebiri dengan zat kimia. "Kalau darurat apa yang diputuskan pemerintah saya setuju. Selain itu kita lihat pemicunya yaitu miras dan narkoba. Itu yang harus diselesaikan. Peredaran miras di dusun-dusun harus diberantas karena bisa menimbulkan perubahan perilaku," terang Zulkifli.
Tidak hanya mendorong hukuman maksimal untuk para pelakunya, ia juga mengimbau pendidikan moral dilakukan semua pihak. MPR tengah melakukan tahapan untuk merancang haluan negara dan wawasan kebangsaan. Namun, hal tersebut tetap butuh bantuan dan kontribusi pemerintah daerah serta elemen masyarakat lainnya.
Selain itu, juga perlu perbaikan di berbagai aspek agar tercipta keadilan sosial. Ia mengatakan sebagian besar kasus kejahatan yang dilakukan anak muda akhir-akhir ini sebagian besar dipicu oleh miras dan narkoba yang mungkin saja digunakan sebagai pengalihan rasa frustrasi akibat kemiskinan dan kesenjangan sosial. (Adv)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.