Variasi tutupan awan di berbagai daerah menjadi salah satu obyek yang dilaporkan para jurnalis sejak dini hari tadi. Laporan langsung mereka bisa diakses di http://lipsus.kompas.com/livereport.
Selain live report dari para jurnalis, dari halaman tersebut juga tersedia akses video live streaming dari KompasTV. Laporan langsung ini menggabungkan antara teks, foto, dan video.
Awan tebal tampak menggelayut di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, tempat dilaluinya gerhana matahari total paling lama di dunia.
"Awan menyelimuti langit #maba pagi ini. Semoga awan segera menyingkir," kata fotografer Kompas Heru Sri Kumoro.
Fotografer Kompas lainnya, Arbain Rambey, langsung melaporkan dari Palembang dengan memotret keramaian warga. "Ready for gerhana.....cukup cerah," katanya.
Wartawan Kompas.com Kurnia Sari Azisa melaporkan tutupan awan yang lumayan tebal namun cahaya matahari masih bisa menerobos di celah-celah awan. "Pantai Kilo Lima, Luwuk. Mereka para wisatawan memasang kamera dengan tripod," katanya.
Yoga Takai, wartawan Kompas.com, mengunggap pemandangan di Belitung Timur yang aduhai, tampak tutupan awan tak setebal di daerah lain dan memungkinkan pengamatan. "Menjelang matahari terbit di Pantai Nyiur Melambai, Belitung Timur #GMT2016," begitu komentar Yoga di foto yang ia unggah.
Di dua tempat terpisah, yaitu di Maba Halmahera Timur, dan di Palangkaraya Kalimantan Tengah, wartawan Kompas.com Yunanto Wiji Utomo dan wartawan Kompas Dionisius Reynaldo T sama-sama melaporkan antusiasme warga. Warga saling berebut kacamata gerhana matahari yang dibagi-bagikan di lokasi masing-masing.
Simak laporan wartawan lainnya di live report gerhana matahari total 2016 di http://lipsus.kompas.com/gerhana/livereport. Saksikan pula live streaming KompasTV di halaman tersebut.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.