"Presiden telah kasih green light ke saya, kami akan organisir negara-negara Asean dan Eropa termasuk Inggris membahas counter terorism dan deradikalisasi," ujar Luhut di kantornya, Jumat (12/2/2016).
Luhut mengatakan, pihaknya membutuhkan waktu satu hingga dua bulan mempersiapkan pertemuan tersebut. Luhut belum dapat menjelaskan bentuk kongkret kerja sama yang akan didorong di dalam pertemuan nanti.
Indonesia telah menjalin kerja sama dengan berbagai negara terkait terorisme, mulai dari Malaysia hingga Australia. Namun, kerja sama itu saja belum cukup.
Menurut Luhut, tindak pidana terorisme membutuhkan penanganan yang komprehensif sehingga kerja sama dengan negara lain dibutuhkan.
Deradikalisasi
Untuk melakukan deradikalisasi terhadap pelaku terorisme, pendekatan yang dilakukan harus berbeda.
Luhut membaginya ke dalam tiga kategori yakni ideolog, simpatisan, dan suporter.
Untuk teroris ideolog, pendekatan yang dilakukan adalah penegakkan hukum. Sementara, teroris suporter harus dimasukan program deradikalisasi.
"Kalau yang ideolog, tidak mungkin kita dapat kembalikan lagi. Tapi itu jumlahnya sedikit ya. Nah yang banyak itu yang suporter. Kita harus deradikalisasi yang kategori ini," ujar Luhut.
Luhut menekankan pentingnya deradikalisasi di wilayah yang rawan pemikiran radikal. Jangan sampai, teroris kategori superter dan simpatisan semakin berkembang jumlahnya.
"Kita tentu tidak mau kan Indonesia menjadi seperti Timur Tengah. Ada Suni, Syiah, ada ISIS juga, saling memperebutkan kekuasaan. Kalau sudah seperti Timur Tengah, sangat sulit recovery. Maka dari itu deradikalisasi itu mesti diteruskan," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.