Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panglima TNI Bantah Minta Maaf ke Singapura, Nama KRI Usman-Harun Sudah Final

Kompas.com - 17/04/2014, 19:22 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko membantah telah meminta maaf kepada Singapura atas penamaan KRI Usman-Harun, yang tanpa kesengajaan telah membangkitkan luka batin rakyat negeri jiran tersebut. TNI menilai koresponden stasiun televisi Singapura, Channel News Asia (CNA), salah menafsirkan pernyataan Moeldoko atas wawancara yang mereka lakukan dengan Moeldoko.

"Berdasarkan hasil rekaman wawancara Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dalam bentuk transkrip maupun rekaman audio, telah terjadi kekeliruan dalam menafsirkan kalimat yang disampaikan Panglima TNI," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen M Fuad Basya melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (17/4/2014).

Respons tersebut diberikan untuk menanggapi berita dari Channel News Asia yang berjudul "Indonesian Armed Forces Chief Expresses Regret Over Naming of Warship". TNI membenarkan bahwa Moeldoko pernah diwawancarai oleh koresponden CNA dari Singapura beberapa waktu lalu di kediamannya di Jakarta Pusat. Hasil wawancara tersebut ditayangkan oleh Channel News Asia pada Selasa (15/4/2014). Situs Channel News Asiamenampilkan artikel permintaan maaf Moeldoko.

Fuad mengatakan, maksud dari pernyataan Panglima TNI tersebut adalah permohonan maaf atas tidak dipenuhinya permohonan penangguhan penamaan KRI Usman-Harun yang sudah final dan tidak akan berubah. "Sekali lagi bukan permohonan maaf Panglima TNI kepada pemerintah Singapura atas penamaan KRI tersebut," ujar Fuad.

Adapun kutipan transkripsi pernyataan Panglima TNI dalam wawancara tersebut adalah sebagai berikut: "Saya pikir itu sebuah keputusan kami bahwa Usman Harun tetap penamaan itu, dan sekali lagi mohon maaf bahwa apa yang telah kami pikirkan tidak sama sekali berkaitan dengan membangun emosi kembali, tidak. Yang kedua, negara telah ada recovery pendekatan-pendekatan antara pimpinan, antar-leader, antara saya dan Panglima SAF dan kondisi sekarang sudah menuju ke low intensity emosi. Saya kira ini harus dijaga, tidak perlu lagi rekan-rekan dari Singapura melakukan hal-hal yang tidak produktif. Kami juga seperti itu, saya kira kita pada posisi yang saling menjaga, saling menghormati, dan saling percaya."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com