"Pertama, adanya turbulensi di tubuh-tubuh besar seperti Partai Demokrat menjadi momentum bagi partai-partai Islam untuk mengembalikan konstituennya," kata Gun Gun, dalam diskusi publik "Capres dan Cawapres Pilihan Santri", di Jakarta, Senin (7/4/2014).
Kekacauan itu, kata dia, seharusnya bisa dimanfaatkan parpol-parpol Islam. Pemberitaan tentang permasalahan hukum, dalam hal ini korupsi, yang menyangkut parpol Islam seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak begitu masif.
"Dan ini menjadi peluang bagi partai-partai Islam untuk melakukan rebranding terhadap dirinya," katanya.
Selain itu, Gun Gun menambahkan, parpol-parpol Islam juga relatif tidak mengalami konflik internal yang menyita perhatian publik. Pemberitaan soal konflik, lanjutnya, bisa berpengaruh negatif terhadap citra parpol yang diresonansi melalui media massa.
Meski demikian, menurutnya, parpol-parpol Islam mengalami masalah yang dialami parpol lainnya. Ia menilai, para pemilih parpol Islam tidak memiliki kedekatan (partyID) dengan parpol Islam.
"Ada gejala disonansi kognitif yang merasa cair. Pemilih merasa apa yang dibayangkan partai itu berbeda dengan kenyataan yang ada dirinya," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Laboratorium Ilmu Politik dan Rekayasa Kebijakan FISIP Universitas Brawijaya Malang Faza Dhora Nailufar mengatakan, ketertarikan para pemilih terhadap parpol-parpol Islam rendah. Ia juga menyarankan parpol-parpol Islam untuk memperluas segmen pemilihnya, terutama pemilih muda. Berdasarkan berbagai survei yang dilakukan Universitas Brawijaya, kata Faza, pemilih parpol-parol Islam, seperti PKB dan PPP lebih banyak didominasi oleh kelompok tua.
"Jadi jngan sampai partai Islam dikubur oleh umat Islam, terutama para pemudanya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.