Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasa Senasib, PKS Ajak PDI-P Ajukan Angket Penyadapan

Kompas.com - 21/02/2014, 18:43 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merasa punya kesamaan dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam hal penyadapan. Wakil Sekretaris Jenderal PKS Fahri Hamzah mengklaim kedua partai ini sama-sama korban dari aksi penyadapan. Oleh karena itu, Fahri pun mengajak PDI-P untuk bersama-sama menginisiasi hak angket (penyelidikan) kasus penyadapan ilegal.

"Karena itu kami mengajak PDI-P mengusut operasi ini dengan membuat angket penyadapan," ujar Fahri di Jakarta, Jumat (21/2/2014).

Fahri menuturkan, PKS sudah sering menyatakan bahwa ada kekosongan terkait aturan penyadapan di Indonesia setelah Mahkamah konstitusi (MK) membatalkan mandat PP Penyadapan dari Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 Pasal 31 ayat 4. Oleh karena itu, kata Fahri, kekosongan aturan ini sangat mungkin dipakai untuk melakukan penyadapan secara ilegal. Terlebih, perkembangan teknologi saat ini cukup pesat.

"Sangat disayangkan bahwa jika para pejabat Indonesia tidak peduli dengan ini semua padahal sudah jelas mereka tersadap. Karena itu, saya malah cemas bahwa sikap diam ini justru karena mereka berada dalam intimidasi atau paling tidak mereka saling sandera," kata Fahri.

Anggota Komisi III DPR ini pun menantang PDI-P untuk berani keluar dari stigma politik saling sandera itu. "Maka mari kita bikin angket untuk melacak sudah seberapa jauh infiltrasi penyadapan ilegal dalam hidup kita. PKS siap dengan siapa pun yang mau membongkar skandal jahat yang melanggar HAM Ini," katanya.

Selama ini, PKS selalu memposisikan diri sebagai "korban" dalam kasus pengungkapan dugaan korupsi yang dilakukan mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq. PKS berdalih banyak kejanggalan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam menyadap Luthfi.

Sementara PDI-P baru-baru ini mengungkapkan kasus penyadapan yang terjadi pada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. PDI-P membeberkan ada tiga alat sadap yang ditemukan di rumah dinas Jokowi. Partai berlambang banteng ini menduga penyadapan terjadi karena kepentingan politik para pesaing PDI-P dan Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com