Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marah soal Bunda Putri, Presiden Berstrategi?

Kompas.com - 22/10/2013, 19:59 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno menganggap kemarahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dikaitkan dengan Bunda Putri terlalu berlebihan. Hal itu menunjukkan ada hal istimewa di baliknya dan ditujukan untuk menggeser fokus publik pada sosok Bunda Putri.

Hendrawan menyampaikan, Presiden dianggapnya sebagai pribadi yang sangat berhati-hati dalam menyikapi semua hal. Atas kehati-hatiannya itu, tak jarang publik justru menilai Presiden SBY sebagai pemimpin yang kurang tegas.

Terkait Bunda Putri, Hendrawan menilai ada hal besar di balik kemarahan Presiden. Pasalnya, kemarahan itu keluar untuk merespons hal yang tidak terlalu genting. "Presiden bisa marah karena masalah sepele, dengan begitu seperti ada hal yang istimewa," kata Hendrawan di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta (22/10/2013).

Ia melanjutkan, bila ditafsirkan secara linier, maka kemarahan Presiden terkait Bunda Putri dapat diartikan sebagai niat baik karena mencegah spekulasi yang berkembang liar. Namun sebaliknya, kemarahan itu juga bisa ditafsirkan sebagai upaya memperkeruh suasana agar perhatian publik kepada Bunda Putri bergeser pada kemarahan Presiden.

Lebih jauh, Hendrawan sangat yakin Presiden mampu mengungkap identitas Bunda Putri dengan kelengkapan instrumen yang dimilikinya. Dengan catatan, niat Presiden untuk mengungkap itu benar-benar ada dan diwujudkan.

"Saya lebih condong melihat (kemarahan) ini tidak secara linier karena hanya untuk menggeser fokus. Kalau Presiden mau, dalam hitungan menit, identitas Bunda Putri bisa diungkap," tandasnya.

Seperti diketahui, Presiden marah atas pernyataan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (10/10/2013). Luthfi menyebut bahwa Bunda Putri adalah orang yang sangat dekat dengan dirinya. Nama Bunda Putri pertama kali muncul dalam rekaman yang diputar jaksa dalam sidang kasus dugaan suap impor daging sapi dan pencucian uang dengan terdakwa Ahmad Fathanah.

Rekaman itu memperdengarkan percakapan putra Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin, yaitu Ridwan Hakim, dan Luthfi Hasan Ishaaq. Ridwan yang saat itu berada di rumah Bunda Putri di Pondok Indah kemudian menyerahkan teleponnya kepada Bunda Putri. Luthfi berbincang dengan Bunda Putri melalui telepon.

Dalam rekaman itu, Luthfi menyebut Bunda Putri dapat mengondisikan para pengambil keputusan. Dalam kesaksian di sidang selanjutnya, Luthfi mengaku tak tahu identitas asli Bunda Putri. Dia kali pertama mengenal Bunda Putri di rumah Hilmi. Luthfi juga pernah mendatangi rumah Bunda Putri di Pondok Indah.

Luthfi datang setelah mendapat kabar rekannya, Ahmad Fathanah, ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Saat itu, ia mendengar kabar melalui pemberitaan bahwa KPK juga menangkap seorang sopir menteri. Tujuan Luthfi ke rumah Bunda Putri untuk menanyakan kebijakan reshuffle kabinet oleh Presiden.

Luthfi khawatir penangkapan oleh KPK bermuatan politis dan hanya untuk menggeser menteri dari PKS. Luthfi mengetahui Bunda Putri sebagai orang yang sangat dekat dengan Presiden SBY.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com