KOMPAS.com — Sidang dugaan kasus korupsi pengadaan alat kesehatan dan perbekalan dalam rangka wabah flu burung 2006-2007 tak hanya menjawab teka teki lama mengapa Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari saat itu begitu benci kepada peneliti asing. Sidang secara tidak sengaja juga menguliti dugaan keterlibatan Siti Fadilah Supari dalam proyek-proyek penunjukan langsung terkait upaya mengatasi wabah flu burung.

Menyedihkan sekaligus menggelikan. Begitulah kira-kira suasana sidang yang digelar pada Senin (8/72013). Sidang itu digelar untuk terdakwa Ratna Dewi Umar, mantan Direktur Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan.

Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari (2004-2009), yang kini menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden, juga dihadirkan sebagai saksi. Apa yang disampaikan Siti di persidangan awalnya datar saja karena yang bersangkutan sering menjawab lupa atau tidak tahu.

Suasana memanas ketika giliran Ratna menyampaikan sanggahan. Seolah tanpa beban, Ratna membuka semua pertemuannya dengan Siti yang semakin menguatkan dugaan bahwa Siti ikut berperan dalam perintah penunjukan langsung proyek flu burung.

Ibarat wasit, Hakim Ketua Nawawi Ponolongo hari itu tampil gemilang untuk menjadi penengah yang adil bagi kedua perempuan paruh baya itu. Predikat perempuan paruh baya ini diberikan Nawawi ketika melihat perselisihan keduanya meningkat menjadi begitu tajam.

Ratna mengaku beberapa kali bertemu dengan Siti. Kata Ratna, Siti mengatakan proyek itu dilakukan dengan metode penunjukan langsung dan Siti juga menyebut nama Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo.

”Apa itu bukan tender, Bu? ’Tidak, itu kan sudah ada SK (surat keputusan) saya soal KLB (kejadian luar biasa)’,” kata Ratna menirukan dialognya dengan Siti.

Dua paruh baya

Siti berang dan membantah ucapan Ratna, mantan anak buahnya. Nawawi untuk kesekian kalinya memperingatkan Siti. ”Makanya tadi saya katakan, jawablah dengan berpikir dulu. Gimana tanggapan Saudara?” tanya Nawawi.

”Tidak ada (perintah penunjukan langsung), saya sudah bersumpah. Saya shock mendengar ini,” kata Siti.

Nawawi pun mencoba menetralkan situasi. ”Saya sekarang berhadapan dengan dua perempuan paruh baya. Saya tahu mana raut muka yang shock dan mana yang tidak.”

Namun, Ratna menegaskan bahwa yang dia katakan adalah benar. ”Saya sampai kapan pun, sampai mengembuskan napas terakhir, akan tetap mengatakan ini benar adanya,” kata Ratna.

Ratna juga mengaku pernah dimarahi Siti karena mendengar perusahaan lain akan masuk dalam lelang. ”Kamu jangan coba- coba melanggar perintah saya, berikan ke Rudi,” kata Ratna menirukan omelan Siti.

”Aneh sekali. Saya shock mendengar ini. Saya tak pernah seperti itu. Saya tahu persis Rudi itu rekanan dia sejak di Palembang sebelum saya jadi menteri,” Siti giliran menuding.

Ratna tak peduli dengan tudingan itu dan terus membeberkan data pertemuan dirinya dengan Siti.

Pada Oktober 2007, Ratna mengaku dipanggil Siti. ”Rat, itu ada anggaran lagi. Metodenya sama ya dengan penunjukan langsung. Berikan ke Tatat dari Kimia Farma. Nanti tak suruh menghadap ke kowe,” kata Ratna menceritakan omongan Siti.