Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinilai Menuju Negara Gagal, Presiden Tak Perlu Membela Diri

Kompas.com - 21/06/2012, 11:20 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus menyikapi secara lugas, terbuka, dan terus terang terkait penilaian Indonesia menuju negara gagal. Sikap yang terlalu bersemangat membela diri dan apologis bukan hanya akan menimbulkan sinisme publik, bahkan akan melahirkan apatisme dan kecaman keras yang justru akan kontraproduktif.

Hal itu dikatakan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hajriyanto Y Thohari di Jakarta, Kamis (21/6/2012). Hajriyanto menyikapi publikasi Indeks Negara Gagal (Failed States Index) 2012 di Washington DC, Amerika Serikat, Senin. Indonesia berada di peringkat ke-63 dari 178 negara. Indonesia masuk kategori negara dalam bahaya (in danger).

"Pemerintah perlu bersikap apa adanya, lugas, dan terbuka sehingga rakyat akan memberikan dukungan dan partisipasinya untuk bersama-sama memperbaiki keadaan," kata Hajriyanto.

Menurut Hajriyanto, dukungan dan partisipasi publik sangat penting mengingat tiga indikator menyusun FSI 2012 sangat terkait dengan perilaku sosial budaya masyarakat. Indikator itu yakni tekanan demografis, protes kelompok minoritas di masyarakat, dan penegakan hak asasi manusia.

"Pemerintah beberkan saja semua permasalahan yang menyangkut ketiga indikator tersebut dan ke depan apa yang harus dilakukan oleh pemerintah, apa yang harus dilakukan masyarakat. Di era keterbukaan seperti sekarang ini, seyogianya semua permasalahan juga harus dibuka agar masyarakat sadar sehingga permasalahan dapat dipecahkan bersama secara partisipatif," katanya.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie mempertanyakan lembaga yang mengeluarkan indeks itu. Pasalnya, menurut dia, penilaian itu kontradiktif dengan kenyataan bahwa banyak negara yang menaruh hormat kepada Indonesia.

"Banyak negara yang menaruh hormat dengan Indonesia karena mampu mengatasi krisis. Justru aneh ada yang bilang kita gagal," kata Marzuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com