Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Datang, HP Sumiati Langsung Disita

Kompas.com - 21/11/2010, 05:42 WIB

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir

JAKARTA, Kompas.com - Kisah pilu penyiksaan TKW asal NTB Sumiati terjadi sejak awal ia bekerja dengan majikannya, di Madinah 18 Juli 2010. Kebiadaban sang majikan yang berstatus janda dengan beberapa anak, telah tampak saat Sumiati menginjak kaki di rumah majikannya.

Sang majikan mengambil telepon genggam Sumiati dengan maksud agar tidak bisa berkomunikas dengan pihak luar. Bahkan sang majikan menerapkan pelarangan bicara dengan tetangga, apalagi memberi kabar ke saudara di kampung halamannya, Dompu, Bima, NTB.

Selama empat bulan bekerja dengan majikan, Sumiati yang masih berusia 23 tahun kerap dipukul baik dengan benda keras maupun benda tumpul.

"(Sumiati cerita) sejak masuk bekerja, dia mulai disiksa majikannya. Bahkan, Sumiati dilarang, diancam kalau bicara sama orang lain. Bahkan, dia enggak berani jawab meski teman sekampungnya tanya, ada apa," ujar paman Sumiati, Zulkarnain, saat dihubungi dan tengah mendampingi Sumiati di RS Kings Fahd Madinah, Minggu (20/11/2010).

Perilaku jahat sang majikan makin tak terkendali saat Sumiati beberapa kali disetrika dan dipukul dengan besi pada sejumlah bagian tubuhnya.

"Katanya (Sumiati), dia juga disetrika, dipukul pakai besi, pakai gelas. Kalau pakai kayu, katanya sudah enggak kehitung lagi," paparnya.

Dampak dari penyiksaan berkali-kali itu, lanjut Zulkarnain, tampak hampir di seluruh tubuhnya pada memar warna hitam, luka bagian alis, terkelupasnya bagian kulit kepala, dan retak di tulang tangan dan kaki.

"Warna hitam itu tanda kalau luka lama. Kakinya juga tidak bisa digerakin sama sekali," ujarnya.

Penyiksaan terhadap Sumiati tidak berhenti sampai di situ. Sumiati mengaku jarang diberi makan oleh majikannya. Hal ini terbukti dengan hasil pemeriksaan tim dokter, yang menyatakan usus Sumiati mengalami kekeringan.

"Kata dokter, itu tanda jarang makan," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com