Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua PWNU NTB: Pelaku Teror Ilmu Agamanya Tipis

Kompas.com - 13/06/2017, 19:53 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

LOMBOK, KOMPAS.com - Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Nusa Tenggara Barat, Achmad Taqiuddin Mansyur beranggapan bahwa pelaku teror sebenarnya tidak memiliki ilmu agama yang mumpuni meski mengaku Islam garis keras.

Menurut dia, banyak pemahaman pelaku dan kelompok teror yang melenceng dari ajaran Islam.

"Sesungguhnya mereka yang juga pelakunya (teroris), dai-nya, menurut orang NU agamanya tipis itu. Agamanya tidak dalam, hanya spontan saja," ujar Taqiuddin di ponpes NU, Bonder, Lombok Tengah, Selasa (13/6/2017).

Pengasuh Pondok Pesantren NU Al Manshuriyah Ta'limussibyan itu mengatakan, ada faktor di luar agama yang menjadikan seseorang mudah terpapar lengaruh ideologi radikal. Yang paling bisa memengaruhi, kata dia, adalah faktor sosial dan ekonomi. 

(Baca: Sejumlah Pondok Pesantren di NTB Terindikasi Sebarkan Paham Radikal)

"Kekerasan dalam bentuk agama banyak ya, tapi kalau dalam agama (sesungguhnya) itu tidak masuk," kata Taqiuddin. Taqiuddin meyakini pondok pesantren yang dia asuh tidak akan terpengaruh dengan paham radikal.

Taqiuddin tak bisa menutup mata bahwa di Nusa Tenggara Barat, khususnya di Bima, terdapat kelompok teroris yang beberapa di antaranya bergabung dengan kelompok Santoso di Poso.

Namun, dia menjamin paham radikal itu sama sekali berbeda dengan apa yang diajarkan di pondok pesantren NU.

"Apa yang di pesantren atau di lingkungan sekitar sini masih moderat, bahkan kalau ada yang beda seperti itu malah dianggap aneh oleh masyarakat dan santri," kata Taqiuddin.

"Tidak pada tempatnya untuk menggagas dan menyampaikan dalil yang berbau kekerasan, ekstrimisme," kata dia.

Menurut Taqiuddin, di Lombok Tengah belum ada kelompok masyarakat yang menunjukkan bahwa mereka penganut Islam garis keras ataupun ideologi radikal.

Sebelumnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nusa Tenggara Barat, Saiful Muslim menyebut sejumlah pondok pesantren di NTB dimanfaatkan anggota kelompok teroris untuk mencari bibit teroris baru dan merencanakan aksi teror.

Setidaknya ada tiga pondok pesantren di NTB yang dianggap menyebarkan ajaran radikal yang mengarah ke aksi teror, yakni Ponpes Al Madina di Kabupaten Bima, Ponpes Usman Bin Affan di Kabupaten Dompu, dan Ponpes Abu Bakar Rasyiddiq di Penatoi, Kota Bima.

Ketiga pesantren itu menerapkan sejumlah kegiatan semi militer kepada para santrinya. Namun, polisi tidak bisa langsung menindaknya karena belum ada bukti aksi yang dilakukan.

(Baca: Sekolah dan Pondok Pesantren di NTB Rentan Disusupi Pemahaman Radikal)

Untuk menangkal paham radikal itu, Polda NTB, MUI, TNI, hingga intelijen provinsi kerap turun langsung ke pondok pesantren tersebut untuk mencari tahu permasalahannya.

Pendekatan lembut merupakan cara terbaik agar diterima oleh mereka. "Supaya tidak ada terus permusuhan antara kami. Waktu pertama sekali, masih susah menerima kami. Kemarin kami datang diterima dengan baik. Perubahannya luar biasa," kata Saiful.

Kompas TV Penerbangan dialihkan setelah mendapat laporan penumpang yang mendengar pembicaraan tentang terorisme dari 3 warga Inggris.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com