JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Pol Rikwanto mengatakan, kepolisian terus berupaya untuk memotong kendali jaringan teroris yang dikontrol Bahrun Naim.
Bahrun adalah warga negara Indonesia yang disebut Polri sudah berbaiat kepada kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan menetap di Suriah sejak 2014.
Namun, menurut Rikwanto, memotong jalur yang sudah dibentuk jaringan teroris tidaklah mudah.
(Baca: Sel Teroris Diduga Terafiliasi ISIS, Polisi Diminta Segera Tangkap Bahrun Naim)
"Perlu penanganan khusus untuk memotong jalur komando Bahrun Naim kepada sel-selnya yang ada di Indonesia," ujar Rikwanto di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Selama ini strategi yang diterapkan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri bersifat dinamis. Strategi terus diperbaharui menyusul makin beragamnya modus kelompok teroris.
Rikwanto meyakini Bahrun pun punya cara khusus untuk mengatur sel kelompok teroris yang dia kendalikan dari luar negeri. Apalagi keberadaan kelompok ini menyebar di Indonesia.
"Jadi sel-sel itu yang tadinya diam, sekarang mulai bergerak. Untuk itu sebelum kejadian kita lakukan penangkapan," kata Rikwanto.
Tak hanya mengincar jaringannya di Indonesia, Polri juga tengah dalam upaya untuk memulangkan Bahrun Naim.
Namun, Rikwanto enggan mengungkap upaya yang tengah dilakukan Polri untuk menangkap Bahrun.
Termasuk saat disinggung apakah melibatkan jaringan di Interpol dan hubungan bilateral dengan negara lain.
"Kita tentu punya cara tersendiri," kata Rikwanto.
Bahrun, menurut kepolisian, adalah pengendali jaringan teroris di Indonesia. Dia terlibat dalam teror di Jalan M.H. Thamrin di awal tahun ini.
Nama Bahrun juga disebut mengontrol kelompok teroris yang akan meledakan bom di Kompleks Istana Kepresidenan serta kelompok yang tertangkap di Babakan, Setu, Tangerang Selatan. (Baca: Dua Terduga Teroris di Tangsel Diduga Sel Bentukan Bahrun Naim)