Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Diusir, Perempuan dan Anak Eks Gafatar Mendapat Tindak Kekerasan

Kompas.com - 08/06/2016, 17:15 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta mencatat adanya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak saat pengungsian besar-besaran warga mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dari Kalimantan pada awal Januari 2016 lalu.

Menurut pengacara publik dari LBH Jakarta, Pratiwi Febry, setidaknya perempuan dan anak-anak yang terstigma sebagai mantan anggota Gafatar mengalami kekerasan dalam sejumlah fase.

Sejumlah fase itu adalah saat sebelum pengusiran, saat pengusiran atau evakuasi paksa, saat di penampungan di Kalimantan, proses pemulangan ke Jawa, saat penampungan di daerah asal, dan saat pemulangan ke daerah asal.

"Setelah pengusiran, banyak warga yang melapor kepada kami. Kemudian dari pengakuan mereka, kami mendapat fakta ada kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak saat diusir atau dievakuasi secara paksa," ujar Pratiwi saat memberikan keterangan di kantor LBH Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (8/6/2016).

(Baca: Ada 12 Wilayah yang Diklaim Bagian dari Negara Bentukan Gafatar)

Pratiwi menuturkan, sebelum pengusiran dilakukan, ada peringatan dan ancaman oleh sekelompok orang tak dikenal. Mereka mendatangi setiap rumah warga yang merupakan mantan anggota Gafatar, mengusir mereka, dan melontarkan kalimat ancaman.

Saat evakuasi, terjadi pembakaran oleh kelompok orang tak dikenal terhadap aset yang dimiliki warga mantan anggota Gafatar, seperti rumah, mobil, dan motor. Namun, kata Pratiwi, aksi tersebut tidak dicegah oleh aparat kepolisian yang berjaga di lokasi.

Kemudian, para warga mantan anggota Gafatar itu, termasuk perempuan dan anak-anak, dibawa dengan mobil terbuka sehingga warga merasa sedang dipertontonkan.

(Baca: Tahan "Nabi" Gafatar, Polri Sita Barang Bukti Kitab Campuran)

"Warga di Desa Pasir Mempawah, misalnya, dibawa dengan dump truck menuju Pontianak dalam kondisi hujan. Warga, termasuk perempuan dan anak, tidak diberi makan sampai kedatangan mereka di Pontianak menjelang tengah malam setelah pendataan di pengungsian," ungkap Pratiwi.

Setelah diungsikan, mereka pun sempat tinggal di tempat penampungan di Kalimantan. Mereka ditempatkan di ruangan terbuka, tidur dengan alas seadanya, dan diawasi oleh aparat bersenjata lengkap.

Kondisi penampungan buruk dengan fasilitas sanitasi dan MCK yang sangat minim. Mereka diberi makanan yang tidak sehat berupa mi instan dan sarden selama 2 minggu.

Selain itu, mereka juga tidak disediakan barang pribadi, seperti pembalut untuk perempuan dan makanan khusus untuk anak-anak balita.

(Baca: Liku-liku Eks Anggota Gafatar Mencari Izin untuk Mendapatkan Tempat Tinggal)

Tidak jarang, mereka mengalami kekerasan fisik dan psikologis dari aparat yang membentak-bentak.

Halaman:


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com