JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya dokter muda Dionisius Giri Samudera, atau yang biasa dipanggil Andra, saat bertugas di Kepulauan Aru, Maluku.
Meski Andra diketahui meninggal karena penyakit, Puan mengakui bahwa keadaan di daerah tersebut sangat terbatas, sehingga menyulitkan bagi seseorang yang menderita penyakit untuk mendapat perawatan.
"Ini menjadi pengalaman buruk, pahit, yang kami alami. Bahwa perlu adanya kesiapan, dan hal-hal lain yang diperlukan," ujar Puan saat ditemui di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Jumat (13/11/2015).
Puan mengatakan, Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau yang tidak semua daerah dapat dijangkau dengan mudah. (baca: Penghormatan untuk Jenazah Dokter Andra yang Meninggal di Pelosok)
Pemerintah, dalam hal ini kementerian dan lembaga perlu berkoordinasi agar masalah transportasi tidak menjadi penghalang dan ancaman bagi orang-orang yang ditugaskan di daerah-daerah terpencil.
Puan menegaskan bahwa hal serupa seperti yang dialami Andra tidak boleh terulang lagi.
"Memang suatu kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk ditugaskan di luar daerah, terluar, terbelekang, untuk membantu masyarakat di pinggiran. Tetapi, hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan, dan lainnya itu harus dipikirkan kembali," kata Puan.
Jenazah Andra tiba di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat pagi. (baca: Tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Dokter Andra Dianugerahi Penghargaan Ksatria Bakti Husada)
Dokter lulusan Universitas Hasanuddin, Makassar, Maret 2015, itu mengembuskan napas terakhir saat bertugas sebagai dokter internsip di Rumah Sakit Cendrawasih, Kabupaten Dobo, Kepulauan Aru, Maluku.
Seperti dikutip Kompas, Andra menderita demam tinggi yang berujung munculnya campak dan virus yang menyerang hingga ke otak. (baca: Dokter Andra Derita Infeksi Otak karena Virus Campak)
Sekitar akhir Oktober, almarhum mengambil cuti pulang menjenguk ibu, kakak, dan adiknya. Selama satu minggu berada di Pamulang, Rabu (4/11), ia dan dua temannya balik bertugas ke Dobo karena Senin (9/11) harus bertugas lagi di rumah sakit. Saat itu, Andra sedikit demam.
Andra berangkat dengan pesawat dari Jakarta menuju Ambon, kemudian ke Langgur, ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara. (baca: Ini Tanggapan Menkes Soal Dokter Meninggal di Pulau Terpencil)
Setibanya di Langgur, ia menggunakan kendaraan darat menuju Kota Tual yang tak jauh dari Langgur. Dari sana ia menumpang feri ke Dobo, ibu kota Kepulauan Aru. Perjalanan dengan feri selama delapan jam.
Orangtua almarhum sempat meminta almarhum agar membatalkan keberangkatannya. Namun, Andra tetap memaksakan diri pergi ke tempat tugas.
Kondisinya semakin parah saat berada dalam feri hingga tiba di Dobo pada Senin. Ia lalu dibawa ke rumah sakit dan akhirnya meninggal pada Rabu malam. Ia divonis terserang morbili.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.