JAKARTA, KOMPAS.com — Nyaris dua tahun Jenderal Moeldoko menjabat sebagai Panglima TNI. Namun, ada hal yang menurut dia belum dapat tercapai.
"Selama ini, prajurit saya belum sejahtera. Itu pandangan saya," ujar Moeldoko di Kompleks Mabes TNI, Selasa (14/7/2015).
Salah satu aspek yang dilihat, kata Moeldoko, adalah banyak prajurit TNI yang meninggal dalam tugas. Dalam kondisi itu, Moeldoko menilai bahwa negara tidak hadir untuk mengatasi dampak negatif bagi keluarga yang ditinggalkan prajurit.
"Negara belum memikirkan dengan baik soal itu. Mestinya, istrinya punya rumah, seperti itu yang harusnya dilakukan," ujar Moeldoko.
Moeldoko menyebut kondisi itu sebagai ironi. Di satu sisi, personel TNI diminta profesional mengerjakan tugasnya. Namun, penghargaan terhadap mereka yang gugur tidak ada.
"Definisi profesional melekat yang namanya kesejahteraan. Prajurit hidupnya dijamin oleh negara," ujar Moeldoko.
Dia berharap, agar penerusnya, Jenderal Gatot Nurmantyo, mampu mewujudkan cita-cita yang belum terwujud pada masa kerjanya. Jabatan Panglima TNI sepenuhnya dipegang Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. Hal itu seiring dengan digelarnya upacara serah terima jabatan dari Jenderal TNI Moeldoko ke Gatot, Selasa pagi.
Upacara sertijab digelar di Lapangan Upacara Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Upacara dihadiri pimpinan lembaga negara, yakni Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Bareskrim Polri Komjen Budi Waseso, anggota Komisi I DPR RI Bachtiar Ali, Charles Honoriss, dan lain-lain.
Puncak acara sertijab adalah ketika Jenderal Moeldoko menyerahkan tongkat komando dan panji TNI Tri Dharma Ekatama kepada Jenderal Gatot. Pada akhir upacara, Gatot dan Moeldoko bersalaman khas TNI di depan kamera wartawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.