Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jika Kasus Akil Terulang dalam Sengketa Pilpres, MK Bunuh Diri"

Kompas.com - 19/08/2014, 16:49 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Mahkamah Konstitusi diyakini tidak akan berani melakukan penyimpangan dalam memutuskan sengketa hasil Pemilu Presiden 2014 yang diajukan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Kesembilan hakim MK diyakini akan membuat keputusan yang seadil-adilnya.

"Kecil kemungkinan, walau ada Hakim MK yang merupakan mantan politisi partai tertentu, itu akan terpengaruh. Walaupun mereka punya hubungan langsung dengan yang bersengketa, putusan MK tidak bisa diambil hanya satu-dua hakim, tetapi mayoritas suara sembilan hakim konstitusi," kata Sekretaris Eksekutif Indonesian Legal Roundtable Firmansyah Arifin dalam diskusi di Jakarta, Selasa (19/8/2014).

Firman juga melihat tak ada peluang penyuapan yang akan dilakukan oleh salah satu dari tiga pihak yang bersengketa. Menurut dia, hakim konstitusi juga tidak akan berani mengambil risiko menerima suap jika mengingat kasus mantan Ketua MK, Akil Mochtar. (Baca: Mantan Ketua MK Akil Mochtar Divonis Seumur Hidup)

"Mereka pasti ingin mengembalikan kepercayaan publik. Kalau kasus Akil Mochtar terulang lagi, tidak hanya publik yang dikecewakan, tetapi juga bunuh diri bagi MK," ujarnya.

Terlebih lagi, lanjut dia, KPK juga sudah mewanti-wanti semua pihak untuk tidak main-main dalam penyelenggaraan pemilu. Dia meyakini, pihak-pihak yang terlibat dalam proses pilpres akan mawas diri jika melihat rekam jejak KPK yang sudah berhasil menjerat para koruptor kelas kakap.

Dari sembilan hakim konstitusi, ada dua hakim yang berlatar belakang partai politik, yakni Hamdan Zoelva (mantan politisi PBB) dan Patrialis Akbar (mantan politisi PAN).

Hamdan sudah menegaskan bahwa pihaknya tidak akan terpengaruh oleh tekanan dari berbagai pihak dalam mengambil keputusan. Menurut dia, para hakim MK bekerja secara independen dan imparsial. (Baca: Ketua MK: Tak Ada Parpol, Ormas, dan Demonstran yang Menekan MK)

Tim Prabowo-Hatta mendalilkan adanya pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif hampir di semua provinsi saat pilpres lalu. Selama proses persidangan, kubu Prabowo-Hatta terus mengerahkan massa untuk berunjuk rasa di depan Gedung MK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Profil Fahri Bachmid Gantikan Yusril Ihza Mahendra Jadi Ketum PBB

Profil Fahri Bachmid Gantikan Yusril Ihza Mahendra Jadi Ketum PBB

Nasional
Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

Nasional
GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

Nasional
Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

Nasional
Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Nasional
PDI-P Dianggap Tak Solid, Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

PDI-P Dianggap Tak Solid, Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

Nasional
Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Nasional
Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com