JAKARTA, KOMPAS.com — Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Dai Bachtiar, mengatakan, Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri sebetulnya enggan menjadi calon presiden pada Pemilihan Umum 2009. Menurutnya, saat itu Megawati sudah ingin menunjuk orang lain dari partainya, tetapi kondisi saat itu tidak memungkinkan.
Dai menuturkan, sebagai ketua umum partai, Megawati memiliki wewenang penuh untuk menunjuk capres sebagaimana telah diamanatkan dalam kongres partai. Menurut Dai, Megawati merasa lega atas keputusan kongres tersebut karena Presiden kelima RI itu tidak ingin maju kembali menjadi RI-1.
"Tapi, saat itu belum ada orang yang up (menonjol) di mata partai. Artinya, kalau orang mengatakan Ibu Megawati tidak legowo, mau maju lagi sebagai presiden dan sebagainya, itu tidak benar," kata Dai dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (15/4/2014) siang.
Akhirnya, karena waktu Pemilu 2009 sudah semakin dekat dan belum ada tokoh yang dianggap mampu mewakili PDI-P, Megawati memutuskan kembali maju di pilpres. Saat itu, dia berpasangan dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto. "Setelah itu baru sosok Jokowi (Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, red) muncul, fenomenal, dan dicapreskan oleh Ibu Mega," ujar Dai.
Dai mengatakan, Megawati sangat berhati-hati dalam memilih Jokowi sebagai bakal capres PDI-P. Itu sebabnya Megawati mengumumkan mandat pencapresan Jokowi pada 14 Maret 2014, tiga pekan sebelum pemungutan suara pemilu legislatif.
"Dia (Megawati) ingin melihat dulu kerja caleg dan struktur partai. Jangan-jangan orang ngandelin Jokowi semua kalau belum apa-apa sudah dideklarasikan. Jadi, jangan sampai kalau nanti diumumkan malah bubar. Belum lagi serangan dari lawan politik," kata mantan Kepala Polri tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.