Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Komite: Konvensi Demokrat Itu Keramaian yang Tak Menarik

Kompas.com - 15/11/2013, 10:19 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kritik untuk pelaksanaan Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat terus bermunculan. Tak hanya dari luar, bahkan anggota komite juga menyampaikan kritik keras pada pelaksanaan konvensi tersebut.

"Konvensi bukan sebagai mobil derek yang menarik mobil mogok, tapi sebagai sebuah keramaian yang tidak menarik," kata anggota Komite Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, Effendi Gazali, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (15/11/2013).

Kritik keras yang disampaikan Effendi dilandasi beberapa hal. Pertama, karena dalam konvensi ini, dia tidak menemukan unsur kontestasi, di mana para peserta konvensi ramai-ramai mempromosikan diri dan bersemangat untuk keluar sebagai pemenang. Effendi yakin, semangat berkompetisi yang tinggi dan bersih secara perlahan akan mendongkrak elektabilitas para peserta dan elektabilitas Partai Demokrat.

Menurut Effendi, konvensi pada umumnya adalah kontestasi dan saling menyisihkan. Gagasan yang dilontarkan para peserta dari berbagai latar belakang akan membuat daya pikat konvensi semakin menarik dan diikuti dengan peningkatan elektabilitasnya.

Namun begitu, kata Effendi, sampai saat ini, sinisme publik terhadap Partai Demokrat tidak juga mereda meski konvensi telah bergulir lebih dari enam bulan. Ia menduga, salah satu faktor penyebab masih kencangnya sinisme publik terhadap Demokrat dan konvensi adalah karena pimpinan Partai Demokrat dan para petinggi lainnya terus mengalirkan pernyataan kontroversial.

"Jadi, jangan juga disalahkan semata peserta konvensi. Komentar-komentar kontroversial para elite partai (Demokrat) akan berpengaruh dan menambah sinisme terhadap konvensi," ujarnya.

Selanjutnya, Effendi juga menilai akses media yang dirasanya tidak adil pada peserta konvensi semakin membuat keramaian konvensi ini menjadi tidak menarik. Ia mengambil contoh ada calon presiden dari luar konvensi yang terus membombardir masyarakat melalui tayangan iklan, tetapi tidak menuai protes. Sementara saat peserta konvensi muncul di media, ia pastikan kritik akan langsung bermunculan.

"Saya sudah memprediksi dan mengantisipasi ini semua, saya sudah pernah menyampaikan solusi ke Komite Konvensi dan Ketua Majelis Tinggi partai itu, tapi kalau mereka tidak mau dengar, ya tidak apa-apa. Mereka juga kan yang tanggung akibatnya," tandasnya.

Sebelumnya, peneliti senior Founding Fathers House (FFH), Dian Permata, mengatakan, pelaksanaan konvensi calon presiden yang dilakukan Partai Demokrat diprediksi akan gagal dari harapan. Alasannya, selain kehilangan pamor, beban konvensi tersebut juga terlalu berat sehingga dipercaya akan mogok di tengah jalan.

Menurut Dian, Partai Demokrat menggelar konvensi dengan tujuan untuk mendongkrak elektabilitas partai yang terus merosot setelah dihantam badai korupsi para petingginya. Akan tetapi, upaya itu ia prediksi akan gagal karena kondisi riil tidak menunjukkan potret yang positif.

"Konvensi seperti mobil derek yang membawa mobil mogok, yaitu Partai Demokrat," kata Dian.

Beban konvensi semakin berat saat muncul pemberitaan di sejumlah media yang mengaitkan kasus korupsi di SKK Migas dengan pendanaan konvensi tersebut, ditambah lagi dengan kasus penayangan acara konvensi di TVRI, dan adanya laporan penyalahgunaan fasilitas negara untuk kampanye para peserta konvensi. Pernyataan Dian merujuk pada hasil survei yang dilakukan FFH pada 9 Oktober sampai 9 November 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com