Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Prabowo-Gibran Punya PR Besar karena Kemenangannya Dibayangi Kontroversi

Kompas.com - 23/04/2024, 15:03 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa hasil Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 menjadi penanda resminya kemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Namun demikian, kata Umam, sebagai presiden dan wakil presiden selanjutnya, Prabowo-Gibran punya pekerjaan rumah yang tidak mudah.

“Pasangan calon (nomor urut) 1, Prabowo-Gibran, memiliki PR yang tidak ringan. Rangkaian kontroversi membayangi proses kemenangannya,” kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (23/4/2024).

Rangkaian kontroversi yang membayangi proses kemenangan Prabowo-Gibran dinilai berpengaruh terhadap kredibilitas dan legitimasi pasangan Menteri Pertahanan dan Wali Kota Solo itu.

Seperti diketahui, polemik muncul sejak awal masa pencalonan Gibran. Ini tak lepas dari kegaduhan Putusan MK Nomor 90 Tahun 2023 tentang perubahan syarat usia capres-cawapres dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Baca juga: Gerindra: Pertemuan Prabowo-Megawati Sedang Cocokkan Waktu, Tidak Lama Lagi...

Kontroversi berlanjut lantaran pemerintahan Presiden Joko Widodo dianggap cawe-cawe untuk memenangkan Prabowo dan Gibran yang tidak lain merupakan putra sulung Kepala Negara.

Kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar serta Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam gugatannya ke MK mendalilkan, Jokowi melakukan nepotisme, menyalahgunakan kekuasaan, melakukan politisasi bantuan sosial (bansos), hingga memobilisasi aparat dan penjabat kepala daerah demi kepentingan elektoral paslon tersebut.

Meski MK menolak gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud, menurut Umam, kredibilitas dan legitimasi Prabowo-Gibran berpotensi disangsikan oleh basis pemilih lawan, masyarakat sipil, hingga dunia dunia internasional yang peduli terhadap isu demokrasi.

“Kendati demikian, suara kritis itu tampaknya tidak terlihat di masyarakat di akar rumput yang tampaknya tidak memiliki political engagement (keterlibatan politik) yang kuat dengan proses politik ini,” ujar Umam.

Dengan catatan tersebut, lanjut Umam, Prabowo-Gibran hendaknya bergegas mengonsolidasikan kekuatan politik guna menjaga stabilitas pemerintahan di awal transisi kekuasaan.

Selain itu, Prabowo-Gibran juga mesti disiplin dalam bersikap dan bermanuver supaya tidak memunculkan gejolak dan instabilitas politik yang tidak produktif.

Bersamaan dengan itu, keduanya harus mampu menjawab tudingan dan kekhawatiran masyarakat mengenai potensi tren kemunduran demokrasi pada masa kepemimpinan mendatang.

“Prabowo-Gibran harus bisa membuktikan bahwa konsolidasi demokrasi akan tetap terjaga di masa pemerintahan mereka ke depan,” tutur dosen Universitas Paramadina itu.

Sebagaimana diketahui, Pilpres 2024 dimenangkan oleh pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dengan perolehan 96.214.691 suara atau sekitar 58,58 persen dari seluruh suara sah nasional.

Pasangan itu didukung oleh Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelora, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Garuda, dan Partai Rakyat Adil Makmur (Prima).

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

DPR Pastikan Hasil Pertemuan Parlemen di WWF Ke-10 Akan Disampaikan ke IPU

DPR Pastikan Hasil Pertemuan Parlemen di WWF Ke-10 Akan Disampaikan ke IPU

Nasional
Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

Nasional
Djoko Susilo PK Lagi, Ketua KPK Singgung Kepastian Hukum

Djoko Susilo PK Lagi, Ketua KPK Singgung Kepastian Hukum

Nasional
KPK Geledah Kantor PT Telkom dan 6 Rumah, Amankan Dokumen dan Alat Elektronik

KPK Geledah Kantor PT Telkom dan 6 Rumah, Amankan Dokumen dan Alat Elektronik

Nasional
Pembukaan Rakernas Ke-5 PDI-P Akan Diikuti 4.858 Peserta

Pembukaan Rakernas Ke-5 PDI-P Akan Diikuti 4.858 Peserta

Nasional
KPK Gelar 'Roadshow' Keliling Jawa, Ajak Publik Tolak Politik Uang

KPK Gelar "Roadshow" Keliling Jawa, Ajak Publik Tolak Politik Uang

Nasional
Bobby ke Gerindra padahal Sempat Bilang 'Insya Allah' Gabung Golkar, Mekeng: 'Nothing Special'

Bobby ke Gerindra padahal Sempat Bilang "Insya Allah" Gabung Golkar, Mekeng: "Nothing Special"

Nasional
PPP Disebut Tak Bisa Lolos Parlemen, Mardiono: Ketua KPU Bukan Pengganti Tuhan

PPP Disebut Tak Bisa Lolos Parlemen, Mardiono: Ketua KPU Bukan Pengganti Tuhan

Nasional
Soal Dapat Jatah 4 Kursi Menteri, Ketum PAN: Hak Prerogatif Prabowo

Soal Dapat Jatah 4 Kursi Menteri, Ketum PAN: Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Galang Dukungan di Forum Parlemen WWF Ke-10, DPR Minta Israel Jangan Jadikan Air Sebagai Senjata Konflik

Galang Dukungan di Forum Parlemen WWF Ke-10, DPR Minta Israel Jangan Jadikan Air Sebagai Senjata Konflik

Nasional
Alasan PDI-P Tak Undang Jokowi Saat Rakernas: Yang Diundang yang Punya Spirit Demokrasi Hukum

Alasan PDI-P Tak Undang Jokowi Saat Rakernas: Yang Diundang yang Punya Spirit Demokrasi Hukum

Nasional
Waketum Golkar Kaget Bobby Gabung Gerindra, Ungkit Jadi Parpol Pertama yang Mau Usung di Pilkada

Waketum Golkar Kaget Bobby Gabung Gerindra, Ungkit Jadi Parpol Pertama yang Mau Usung di Pilkada

Nasional
Pj Ketum PBB Sebut Yusril Cocok Jadi Menko Polhukam di Kabinet Prabowo

Pj Ketum PBB Sebut Yusril Cocok Jadi Menko Polhukam di Kabinet Prabowo

Nasional
Penerbangan Haji Bermasalah, Kemenag Sebut Manajemen Garuda Indonesia Gagal

Penerbangan Haji Bermasalah, Kemenag Sebut Manajemen Garuda Indonesia Gagal

Nasional
DKPP Didesak Pecat Ketua KPU dengan Tidak Hormat

DKPP Didesak Pecat Ketua KPU dengan Tidak Hormat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com