Jika kerja sama elite saja sulit membangun saling pengertian, maka bagaimana mungkin kerja sama akan terbentuk di kalangan konstituen dan warga pada umumnya.
Situasi bertambah rentan karena masih menjalarnya modus provokasi dan propaganda hitam demi mencapai tujuan politik.
Ritual lain dalam setiap Pemilu adalah praktik politik uang. Ramai diberitakan bahwa banyak bank kesulitan uang receh karena sudah ditukar oleh para kontestan yang mengikuti pemilihan legislatif.
Itulah tragedi apabila demokrasi dibangun di atas pondasi masyarakat yang tidak berpengetahuan atau tidak berbudaya literasi.
Saya sekarang mengerti mengapa Adolf Hitler mengatakan bahwa “Alangkah beruntungnya penguasa yang rakyatnya tidak berpikir.” Karena rakyat yang tidak berpikir atau tidak berpengetahuan sangat mudah untuk dimobilisasi dan dimanipulasi.
Hambatan utama pembangunan demokrasi di Indonesia selain disebabkan masalah ekonomi, kepemimpinan, dan budaya politik adalah budaya literasi masyarakat yang masih rendah.
Di belahan bumi manapun demokrasi hanya bisa berjalan manakan budaya literasi masyarakatnya telah dibangun.
Budaya literasi merupakan kondisi yang tidak boleh tidak ada (conditio sine quanon) bagi berdirinya demokrasi. Budaya literasi adalah fondasi untuk tegaknya negara demokrasi.
Tanpa budaya literasi, bangunan demokrasi di negara ini akan rapuh, bahkan akan cepat roboh, bagaikan bangunan tak berfondasi. Betapa urgennya membangun budaya literasi bangsa, tetapi mengapa negara kurang serius?
Jangan berharap demokrasi bisa kokoh dan masalah fundamental bangsa yang lain seperti, kebodohan, kemiskinan, pengangguran, kerawanan sosial bisa hilang dari bumi Indonesia apabila budaya literasi tidak dibangun.
Karena, “Membaca adalah senjata pamungkas yang menghantam kebodohan, kemiskinan, dan ketersia-siaan sebelum semua hal tersebut menghancurkan kita. Bangsa yang tidak suka membaca tidak banyak tahu. Dan bangsa yang tidak banyak tahu pastinya akan membuat pilihan yang buruk di rumah, di bursa, di panggung juri pengadilan, dan di bilik pemilu. Dan keputusan-keputusan ini pada akhirnya memengaruhi seluruh bangsa—baik yang melek maupun yang buta huruf,” kata Jim Trelease dalam bukunya "Read Aloud Handbook. "
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.