Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Suherman
Analis Data Ilmiah BRIN

Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat ASEAN, Peraih medali emas CONSAL Award

Demokrasi Tanpa Budaya Literasi

Kompas.com - 15/03/2024, 14:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika kerja sama elite saja sulit membangun saling pengertian, maka bagaimana mungkin kerja sama akan terbentuk di kalangan konstituen dan warga pada umumnya.

Situasi bertambah rentan karena masih menjalarnya modus provokasi dan propaganda hitam demi mencapai tujuan politik.

Ritual lain dalam setiap Pemilu adalah praktik politik uang. Ramai diberitakan bahwa banyak bank kesulitan uang receh karena sudah ditukar oleh para kontestan yang mengikuti pemilihan legislatif.

Itulah tragedi apabila demokrasi dibangun di atas pondasi masyarakat yang tidak berpengetahuan atau tidak berbudaya literasi.

Saya sekarang mengerti mengapa Adolf Hitler mengatakan bahwa “Alangkah beruntungnya penguasa yang rakyatnya tidak berpikir.” Karena rakyat yang tidak berpikir atau tidak berpengetahuan sangat mudah untuk dimobilisasi dan dimanipulasi.

Hambatan utama pembangunan demokrasi di Indonesia selain disebabkan masalah ekonomi, kepemimpinan, dan budaya politik adalah budaya literasi masyarakat yang masih rendah.

Di belahan bumi manapun demokrasi hanya bisa berjalan manakan budaya literasi masyarakatnya telah dibangun.

Budaya literasi merupakan kondisi yang tidak boleh tidak ada (conditio sine quanon) bagi berdirinya demokrasi. Budaya literasi adalah fondasi untuk tegaknya negara demokrasi.

Tanpa budaya literasi, bangunan demokrasi di negara ini akan rapuh, bahkan akan cepat roboh, bagaikan bangunan tak berfondasi. Betapa urgennya membangun budaya literasi bangsa, tetapi mengapa negara kurang serius?

Jangan berharap demokrasi bisa kokoh dan masalah fundamental bangsa yang lain seperti, kebodohan, kemiskinan, pengangguran, kerawanan sosial bisa hilang dari bumi Indonesia apabila budaya literasi tidak dibangun.

Karena, “Membaca adalah senjata pamungkas yang menghantam kebodohan, kemiskinan, dan ketersia-siaan sebelum semua hal tersebut menghancurkan kita. Bangsa yang tidak suka membaca tidak banyak tahu. Dan bangsa yang tidak banyak tahu pastinya akan membuat pilihan yang buruk di rumah, di bursa, di panggung juri pengadilan, dan di bilik pemilu. Dan keputusan-keputusan ini pada akhirnya memengaruhi seluruh bangsa—baik yang melek maupun yang buta huruf,” kata Jim Trelease dalam bukunya "Read Aloud Handbook. "

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com