Lagipula, semua partai politik di Indonesia, sama-sama mengklaim mematuhi Pancasila dan nilai-nilai nasionalis-religius.
Dengan semua partai memiliki ideologi serupa, berbagai pergeseran sikap dan pilihan politik di atas memang tak terhindarkan. Saat menandatangani komitmen politik, para individu dan partai politik ini tahu bahwa segalanya dapat berubah.
Secara keseluruhan, mungkin akurat untuk mengatakan bahwa sistem partai dan koalisi politik di Indonesia, pada kenyataannya, mirip dengan industri rental atau persewaan mobil (Samirin, 2013).
Pemilik "partai sewaan” ini pada dasarnya memiliki kepentingan yang sama dan bersaing untuk menemukan berbagai "klien" - figur individu untuk menjadi ikon mereka.
Di sisi lain, para figur ini juga membutuhkan partai atau koalisi sewaan untuk mengejar misi pembangunan yang mereka yakini.
Pada akhirnya, fenomena ini merefleksikan atas menguatnya kesetiaan politik berbasis misi. Kesetiaan politik bukan lagi berbasis partai politik tertentu.
Fenomena inilah, sepertinya, yang kemudian memberi Prabowo dukungan konvergen yang besar dari berbagai individu dan organisasi yang afiliasi politiknya berbeda dengannya.
Namun, ini tentu ada tantangannya. Bahasa lain dari jenis kesetiaan politik ini adalah pragmatisme politik.
Efek sampingnya, memaksa berbagai konsep dan kebijakan pembangunan untuk diredefinisikan dan dinegosiasikan berulang-ulang dalam setiap periode pemilihan umum. Sebab, konstelasi aktor dan kepentingannya akan senantiasa berubah.
Jika tidak dinavigasi atau dimitigasi dengan baik, alih-alih mempromosikan keberlangsungan kebijakan, maka tantangan ini jelas menghambat berbagai upaya membangun kemajuan nasional jangka panjang dan berkelanjutan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.