Kedua, Jokowi dengan sadar memperkecil peluang Prabowo untuk keluar dari komitmen politiknya atau berkhianat di tengah jalan nanti, setelah menjadi presiden, dengan cara menambah "utang budi" yang tidak mungkin terbayar oleh Prabowo sampai kapan pun.
Karena dalam dua puluh tahun lebih sejak Reformasi, tak pernah ada presiden yang mampu melakukan itu, kecuali Jokowi.
Jadi di balik sematan bintang empat di bahu Prabowo tersimpan utang budi yang sangat besar, yang semestinya akan selalu diingat oleh Prabowo di sisa masa hidupnya di satu sisi dan harus dibalas dengan cara tidak mengingkari segala komitmen politik yang telah mereka sepakati sejak beberapa waktu lalu di sisi lain, meskipun Jokowi sudah tidak berkuasa lagi nanti.
Kini kedua pihak sudah sama-sama saling kunci. Prabowo telah mengunci Jokowi dengan mendapuk Gibran Rakabuming Raka sebagai wapres, yang membuat Jokowi tidak mungkin lagi melarikan dukungan elektoralnya kepada capres lain, baik sebelum maupun sesudah pemilihan.
Dan Jokowi pun akhirnya berhasil mengunci Prabowo dengan "utang budi" yang tidak mungkin dibalas oleh Prabowo, kecuali dengan cara tetap menjaga komitmen politiknya setelah menjabat sebagai presiden kelak.
Lantas rakyat ada di mana? Mari kita tunggu saja, apakah merger politik kedua pihak ini akan semakin menjauhkan rakyat banyak dari kekuasaan atau justru sebaliknya. Mari kita tunggu!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.