Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dens Saputra
Dosen

Menulis adalah seni berbicara

Komeng dan Tragedi Politisi

Kompas.com - 22/02/2024, 10:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ini adalah anomali politik di tengah arus demokrasi liberal yang hari ini merusak tatanan sosial masyarakat kita.

Anomali Pemilu 2024

Sebagian besar politisi selalu membutuhkan tiga tas, yaitu popularitas, elektabilitas, dan terakhir adalah isi tas. Biasanya paling dominan di era demokrasi liberal adalah penggunaan “isi tas”.

Riset yang dilakukan LPM FE UI, modal seorang menjadi caleg untuk tingkat Nasional berkisar Rp 1,5 miliar – Rp 4,6 miliar (CNBCIndonesia.com).

Mahalnya biaya elektoral hari ini disokong juga oleh pragmatisme publik. Pemilu 2019 saja hampir 19,4 persen hingga 30,1 persen pemilih terlibat politik uang (detik.com).

Artinya kontestasi elektoral kita memang dekat dengan glamoritas. Politisi butuh isi tas untuk mengisi kotak suara.

Fenomena pemilih hedon dan pragmatis menjadi ruang empuk bagi politisi untuk siap disantap.

Terdapat kontradiksi antara UU Pemilu dengan praktik kehidupan politik. UU menyebutkan setiap warga negara memilki hak untuk dipilih dan memilih.

Anehnya kompetisi elektoral hanya diisi oleh individu-individu yang kuat secara ekonomi. Hasilnya, Indonesia menjadi negara dengan praktik politik uang nomor tiga di dunia.

Bukankah sangat ironis di mana beberapa kalangan sedang memperjuangkan kesetaraan dalam demokrastisasi. Di lain sisi, demokrasi hanya milik orang kaya dengan modal raksasa.

Individu seperti Komeng diperlukan untuk membenahi benang kusut demokrasi. Anomali politik yang dihadirkan komedian Komeng bisa menjadi tragedi bagi politisi konvensional.

Ternyata menjadi politisi tidak mahal dan bisa dengan cara-cara halal. Foto Komeng adalah bentuk ekspresi kaget terhadap budaya elektoral yang cukup mahal dan memberi luka pada generasi berikut.

Demokrasi datang untuk kepentingan bersama bukan bagi segelintir golongan. Ekspresi Komeng seperti ungkapan Einstein kepada Chaplin “Anda tidak berbicara, tetapi dunia memahami pesan Anda”.

Memang terkadang dunia politik tidak selalu tragis seperti perkiraan. Terdapat sifat jenaka yang menuntun demokrasi untuk bisa lebih reflektif terdahap praktik suap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com