Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dens Saputra
Dosen

Menulis adalah seni berbicara

Komeng dan Tragedi Politisi

Kompas.com - 22/02/2024, 10:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kesederhanaan bisa ditunjukan meskipun tanpa perlu melakukan kampanye. Justru spontanitas menjadi kunci dalam perebutan suara publik.

Komeng adalah bukti dari sisi lain dunia politik Tanah Air. Normalitas perlahan akan ditinggali oleh masyarakat. Sehingga sesuatu yang baru dan “nyeleneh” bisa menjadi peluru untuk memenangkan kompetisi elektoral.

“Tas kosong” Komeng

Komeng menunjukan bahwa menjadi politisi tidak melulu soal glamoritas. Kesederhanaan bisa menjadi pemikat jitu dalam menarik simpati rakyat.

Ini merupakan fenomena unik dalam perhelatan politik Tanah Air. Tidak ada transaksi politik uang, tidak ada kongkalikong kekuasaan, bahkan tidak ada beban ketika tidak dipilih rakyat.

Dari perspektif Komeng bisa dilihat bahwa politisi konvensional hari ini cukup lucu. Menggunakan jalan pintas untuk dapat kekuasaan.

Komeng melakukan sebaliknya tanpa ada pendekatan politik praktis untuk menang kompetisi. Politik tidak selalu saling senggol atau saling curiga seperti anggapan banyak orang. Menjadi anggota Dewan bisa gratis hanya bermodal foto unik.

Keterlibatan menjadi seorang legislatif dengan tujuan mewujudkan hari komedi merupakan tujuan mulia.

Setiap politisi selalu memiliki kepentingan apapun bentuknya. Komeng datang dengan “tas kosong”. Tampah beban utang, beban konspirasi, bahkan beban melayani penguasa.

Tidak bisa ditutup kemungkinan bahwa parleman lebih menarik karena dewa komedi sudah di sana. Kebijakan tidak lagi soal kepentingan untuk memenuhi kantong pribadi. Namun berubah menjadi hal baik.

Apalagi nuansa komedi di taruh dalam setiap proses pembuatan keputusan. Sepertinya, negara ini butuh komedian untuk bisa menyampaikan kritik kritis dengan cara sarkasme.

Siapa sangka tas kosong yang dibawa oleh Komeng berdampak besar bagi perolehan suaranya. Publik seperti digugah lebih memilih komedian jadi politisi daripada memilih politisi menjadi komedian di Senayan nanti.

Komeng selalu bikin heboh. Komeng selalu spontan, seperti brand untuk dirinya yang selalu jenaka dalam setiap pertemuan. Namun serius dalam pengambilan keputusan.

Politisi Tanah Air perlu belajar dari komeng bahwa kepentingan dan kekuasaan itu sifatnya sementara. Itu pun hanya 5 tahun.

Hasil pemilu menunjukan Komeng datang dengan tas kosong, tetapi pergi dengan tas berisi penuh suara rakyat. Ini seperti kisah lama ketika kebaikan selalu datang belakangan.

Caleg lain mulai “kepala sakit” dengan sepak terjang Komeng yang hampir tidak ada effort dalam memenangkan kontestasi DPD. Padahal saingannya di dapil Jawa Barat sangat kuat. Bahkan berpendidikan lebih tinggi dan lebih kaya dari Komeng.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Nasional
Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

Nasional
Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Nasional
Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Nasional
Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Nasional
Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Nasional
Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Nasional
Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan 'Food Estate'

Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan "Food Estate"

Nasional
Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Nasional
KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com