Sebaliknya, partisipasi politik aktif merupakan salah satu cara efektif untuk memengaruhi perubahan dalam sistem politik dan memilih pemimpin yang mewakili nilai-nilai dan kepentingan kita.
Dengan cara ini, kita dapat membangun masyarakat yang lebih demokratis dan berkelanjutan, di mana suara setiap warga negara dihargai dan diwakili dengan baik dalam proses pengambilan keputusan politik.
Dari sana ada baiknya kita tilik juga bahwa sejarah mencatat perjuangan panjang manusia dalam memperoleh hak memilih – perjalanan yang telah membentuk dasar dari sistem demokrasi yang kita kenal saat ini.
Dari zaman kuno hingga era modern, hak memilih telah menjadi tolok ukur kebebasan dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam peradaban kuno seperti Athena klasik, konsep demokrasi telah dikenal dan diamalkan dalam bentuk pengambilan keputusan kolektif oleh warga kota.
Meskipun cakupannya terbatas, namun hal ini mencerminkan dorongan manusia untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka.
Pada masa Renaisans dan pencerahan Eropa, gagasan tentang kedaulatan rakyat dan partisipasi politik semakin ditekankan. Para pemikir seperti John Locke dan Jean-Jacques Rousseau memperjuangkan hak-hak individual dan peran rakyat dalam pemerintahan.
Gerakan-gerakan revolusioner seperti Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis menandai tonggak penting dalam perjuangan manusia, untuk memperoleh hak memilih dan menolak pemerintahan otoriter.
Sementara itu, pada abad ke-19 dan ke-20, gerakan hak pilih semakin menguat, terutama dalam konteks perjuangan hak-hak sipil dan gerakan feminis.
Di berbagai negara, perluasan hak memilih menjadi fokus utama bagi para aktivis dan reformis, yang berjuang untuk menciptakan sistem politik lebih inklusif dan demokratis.
Hal ini mendorong perkembangan sistem demokrasi di banyak negara, di mana partisipasi politik menjadi hak yang diakui dan dihormati.
Oleh karena itu, memilih pemimpin tidak hanya merupakan kewajiban, tetapi juga penghormatan atas perjuangan yang dilakukan oleh para pendahulu kita untuk mendapatkan hak tersebut.
Dalam konteks modern, di mana demokrasi menjadi sistem politik yang dominan di banyak negara, penting bagi kita untuk tidak melupakan sejarah panjang perjuangan untuk hak memilih yang kita nikmati saat ini.
Dengan menghargai dan memahami perjuangan tersebut, kita dapat lebih bersedia untuk mengambil bagian aktif dalam proses demokrasi, termasuk dalam pemilihan pemimpin yang akan memimpin dan mewakili kita.
Bersambung, baca artikel selanjutnya: Memilih Pemimpin, Menolak Golput (Bagian II - Habis)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.