Salin Artikel

Memilih Pemimpin, Menolak Golput (Bagian I)

Pesta demokrasi ini merupakan landasan bagi negara Indonesia dalam menjalankan sistem pemerintahan berdasarkan asas kedaulatan rakyat, yang diikuti 24 Partai Politik, di antaranya 18 partai nasional dan 6 partai lokal Aceh.

Selain itu, ada 9.919 calon legislatif DPR RI dan tiga pasang calon presiden-wakil presiden.

Perayaan pesta demokrasi ini merefleksikan pula pentingnya prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam demokrasi, setiap warga negara memiliki hak sama untuk bersuara dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang akan memengaruhi kehidupan mereka.

Setiap suara memiliki bobot sama, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau politik individu. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia sebagai negara demokratis telah memperoleh kedewasaan dalam melaksanakan proses politik.

Meskipun tidak luput dari tantangan dan perbedaan pendapat, namun proses Pemilu berjalan lancar, damai, dan teratur –adalah harapan kita semua untuk menunjukkan kedewasaan politik, serta kematangan institusi dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi.

Pesta demokrasi juga menjadi sarana untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Meskipun masyarakat memiliki keberagaman dalam berbagai aspek, namun pada saat pemilihan umum, mereka bersatu dalam menyuarakan hak suara mereka demi kepentingan bersama.

Proses demokrasi ini juga memperkuat rasa kebangsaan dan solidaritas sosial di antara beragam lapisan masyarakat.

Dengan demikian, perayaan pesta demokrasi hari ini, menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia untuk mengukuhkan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi, kedaulatan rakyat, dan persatuan dalam keragaman.

Melalui proses ini, diharapkan Indonesia dapat terus berkembang sebagai negara demokratis kuat, stabil, dan sejahtera, yang didukung oleh partisipasi aktif dan bertanggung jawab dari seluruh warga negaranya.

Penolakan Golput

Pemilu 2024 tidak sekadar kesempatan untuk memilih pemimpin, namun juga panggilan untuk menghargai hak memilih dan menegaskan kewajiban kewarganegaraan kita.

Dalam konteks ini, penolakan terhadap golongan putih (golput) menjadi bagian integral dari tanggung jawab kita sebagai warga negara yang berdaulat.

Dalam konteks demokrasi, hak memilih adalah hak asasi setiap warga negara yang harus dijunjung tinggi. Dengan memberikan suara dalam Pemilu, kita turut berperan dalam menentukan masa depan negara.

Oleh karena itu, menyalurkan hak pilih kita dengan sungguh-sungguh, adalah bentuk penghargaan terhadap proses demokrasi.

Jadi jelaslah penolakan terhadap golput menjadi manifestasi dari kesadaran akan pentingnya partisipasi aktif dalam proses demokratis.

Golput tidak hanya mencerminkan sikap apatis terhadap perkembangan politik negara, tetapi juga dapat mengurangi legitimasi hasil pemilihan umum.

Sebagai warga negara yang memiliki suara, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menggunakan hak pilih kita sebagai alat untuk menyuarakan keinginan dan aspirasi kita.

Penolakan terhadap golput juga merupakan langkah konkret dalam memperkuat kedewasaan politik dan kematangan demokrasi di Indonesia.

Dengan menunjukkan keaktifan dalam proses pemilihan umum, kita memberikan sinyal kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang matang secara politik dan mampu menjalankan sistem demokrasi dengan baik.

Hal ini akan memperkuat posisi Indonesia dalam kancah internasional, meningkatkan kepercayaan investor, dan memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.

Golput merupakan fenomena yang cukup umum di banyak negara. Meskipun alasan-alasan di balik golput bisa bervariasi, namun beberapa motif utama sering muncul, seperti ketidakpuasan terhadap sistem politik atau kandidat yang tersedia.

Namun, penting untuk memahami bahwa golput memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap stabilitas politik dan keberlanjutan demokrasi.

Salah satu alasan yang sering dikemukakan untuk golput adalah ketidakpuasan terhadap sistem politik atau kandidat yang tersedia.

Sejumlah pemilih mungkin merasa bahwa partai politik yang ada tidak mewakili kepentingan mereka, atau kandidat yang tersedia tidak memiliki integritas atau kompetensi yang memadai.

Selain itu, ketidakpuasan terhadap kebijakan atau kinerja pemerintah juga bisa menjadi pemicu golput bagi sebagian orang.

Namun, meskipun alasan-alasan ini dapat dimengerti, golput tetap memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap stabilitas politik dan keberlanjutan demokrasi.

Dengan tingkat partisipasi yang rendah, maka legitimasi pemerintahan dapat dipertanyakan, dan kepercayaan masyarakat terhadap proses demokratis dapat terkikis.

Selain itu, golput juga dapat memengaruhi hasil pemilihan dengan cara yang tidak diinginkan, karena pemilih yang absen cenderung memiliki kecenderungan politik yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyoroti bahwa ketidakpuasan terhadap pilihan yang tersedia bukanlah alasan yang valid untuk tidak memilih.

Sebaliknya, partisipasi politik aktif merupakan salah satu cara efektif untuk memengaruhi perubahan dalam sistem politik dan memilih pemimpin yang mewakili nilai-nilai dan kepentingan kita.

Dengan cara ini, kita dapat membangun masyarakat yang lebih demokratis dan berkelanjutan, di mana suara setiap warga negara dihargai dan diwakili dengan baik dalam proses pengambilan keputusan politik.

Catatan sejarah sistem Demokrasi

Dari sana ada baiknya kita tilik juga bahwa sejarah mencatat perjuangan panjang manusia dalam memperoleh hak memilih – perjalanan yang telah membentuk dasar dari sistem demokrasi yang kita kenal saat ini.

Dari zaman kuno hingga era modern, hak memilih telah menjadi tolok ukur kebebasan dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam peradaban kuno seperti Athena klasik, konsep demokrasi telah dikenal dan diamalkan dalam bentuk pengambilan keputusan kolektif oleh warga kota.

Meskipun cakupannya terbatas, namun hal ini mencerminkan dorongan manusia untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka.

Pada masa Renaisans dan pencerahan Eropa, gagasan tentang kedaulatan rakyat dan partisipasi politik semakin ditekankan. Para pemikir seperti John Locke dan Jean-Jacques Rousseau memperjuangkan hak-hak individual dan peran rakyat dalam pemerintahan.

Gerakan-gerakan revolusioner seperti Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis menandai tonggak penting dalam perjuangan manusia, untuk memperoleh hak memilih dan menolak pemerintahan otoriter.

Sementara itu, pada abad ke-19 dan ke-20, gerakan hak pilih semakin menguat, terutama dalam konteks perjuangan hak-hak sipil dan gerakan feminis.

Di berbagai negara, perluasan hak memilih menjadi fokus utama bagi para aktivis dan reformis, yang berjuang untuk menciptakan sistem politik lebih inklusif dan demokratis.

Hal ini mendorong perkembangan sistem demokrasi di banyak negara, di mana partisipasi politik menjadi hak yang diakui dan dihormati.

Oleh karena itu, memilih pemimpin tidak hanya merupakan kewajiban, tetapi juga penghormatan atas perjuangan yang dilakukan oleh para pendahulu kita untuk mendapatkan hak tersebut.

Dalam konteks modern, di mana demokrasi menjadi sistem politik yang dominan di banyak negara, penting bagi kita untuk tidak melupakan sejarah panjang perjuangan untuk hak memilih yang kita nikmati saat ini.

Dengan menghargai dan memahami perjuangan tersebut, kita dapat lebih bersedia untuk mengambil bagian aktif dalam proses demokrasi, termasuk dalam pemilihan pemimpin yang akan memimpin dan mewakili kita.

Bersambung, baca artikel selanjutnya: Memilih Pemimpin, Menolak Golput (Bagian II - Habis)

https://nasional.kompas.com/read/2024/02/14/06511421/memilih-pemimpin-menolak-golput-bagian-i

Terkini Lainnya

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

Nasional
Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Nasional
Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Nasional
Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke