Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Melfin Zaenuri
Peneliti

Direktur Eksekutif The Strategic Lab, Mahasiswa Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia

Debat Capres Antiklimaks: Capres Ikut Selera Pasar

Kompas.com - 07/02/2024, 10:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DEBAT capres dan cawapres dalam rangka Pilpres 2024 selalu menghadirkan kejutan. Termasuk debat capres pada Minggu (4/3/2024) yang mengambil tema: Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.

Bedanya dengan debat-debat sebelumnya, kejutan dalam debat capres terakhir ini bersifat terbalik, dalam arti menjungkirbalikkan ekspektasi.

Banyak pihak yang memprediksi –dan sebenarnya mengharapkan– debat capres terakhir ini adalah klimaks, di mana kritik-kritik pedas dan keras dilayangkan dan bom-bom serangan dilontarkan.

Namun yang terjadi adalah debat capres yang anti-klimaks. Baik Anies, Prabowo maupun Ganjar cenderung ‘main aman’ dan normatif.

Debat lebih banyak didominasi dengan kata ‘setuju’, ‘sepakat’, ‘bagus’ dan ‘meneruskan’. Tidak ada ‘serangan’ berarti. Jikapun ada, sekadar tipis-tipis saja untuk sekadar menjadi pembeda dengan capres yang lain.

Sikap ‘main aman’ dan normatif ketiga capres tersebut dapat dipahami dalam konteks elektoral. Berdasarkan survei nasional Indikator Politik Indonesia pada 10-16 Januari 2024, mayoritas publik tidak setuju dengan debat capres/cawapres yang saling menyerang lawan debat, yakni sebanyak 57,6 persen.

Survei ini dilakukan pascadebat ketiga pada 7 Januari 2024, di mana Prabowo Subianto terpojok oleh kritik keras Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Dalam bahasa netizen, Prabowo ‘dirujak’ oleh kedua capres lainnya.

Dengan kata lain, Prabowo dipermalukan di depan publik. Sehingga, timbul empati dan belas kasihan publik kepada Prabowo. Empati dan belas kasihan publik ini timbul karena budaya untuk tidak mempermalukan seseorang di depan banyak orang.

Dengan berkaca pada dampak debat ketiga tersebut, pada debat pamungkas ini, semua capres mengikuti selera pasar: tidak saling serang lawan debat, apalagi sampai menjatuhkan dan mempermalukan lawan debat.

Lalu bagaimana dengan substansi debat terakhir ini?

Secara substansi, persona masing-masing capres masih konsisten. Anies dengan perubahannya, Prabowo dengan keberlanjutannya dan Ganjar dengan kebimbangannya antara perubahan dan keberlanjutan.

Prabowo yang memperoleh giliran presentasi pertama memaparkan proyek-proyek strategis di bawah payung gagasan Strategi Transformasi Bangsa. Prabowo menekankan pada program makan gratis untuk mengatasi persoalan stunting dan tingginya angka kematian ibu hamil.

Menurut Prabowo, program makan gratis memiliki multiplayer effect, termasuk pertumbuhan ekonomi di angka 1-1,5 persen.

Di bidang kesehatan, Prabowo ingin membangun rumah sakit modern di tiap kabupaten/kota dan puskesmas modern di tiap desa serta menambah jumlah fakultas kedokteran untuk meningkatkan jumlah dokter.

Dii bidang pendidikan, program populis Prabowo adalah pemberian beasiswa ke luar negeri untuk bidang studi prioritas Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK,

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK,

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com