Anies konsisten mengambil jalan yang berseberangan dengan kekuasaan saat ini. Oposisi berangkat dari persoalan, sementara the ruling candidate berangkat dari capaian.
Di tengah gelapnya persoalan berbangsa dan bernegara tersebut, Anies ingin hadir sebagai pembawa lentera, yang menjadi penerang bangsa agar masyarakatnya hidup sehat, tumbuh cerdas, keluarga sejahtera, menjunjung tinggi etika dan intinya hidup dalam persatuan dengan rasa keadilan.
Begitulah cita-cita Anies, yang menurut dia, juga cita-cita para pendiri republik ini. Untuk mencapai cita-cita itu, dalam debat pamungkas kali ini, Anies memajukan pendirian kementerian kebudayaan, yang juga disetujui oleh capres lain, Prabowo.
Gagasan dan program Anies dalam debat ketiga ini lebih banyak menekankan pada sektor pendidikan.
Sederet program ‘konkret’ bisa kita sebutkan: mulai dari kesejahteraan pendidik dengan penghasilan yang adil, percepatan sertifikasi guru, pengangkatan guru honorer, beasiswa untuk anak guru dan dosen serta tenaga kependidikan, tunjungan dosen dan peneliti berdasarkan kinerja, dan mengurangi beban administrasi dosen.
Sektor pendidikan memang dikuasai betul oleh Anies. Ini bisa dipahami karena latar belakang dia sebagai pendidik, mantan rektor perguruan tinggi, hingga mantan menteri pendidikan dan kebudayaan.
Dengan melihat program-program capres dalam debat pamungkas ini, dan terlepas dari kontroversi yang ada, makan gratis merupakan program yang cemerlang karena langsung menyentuh end user, yaitu individu.
Bisa dikatakan, program makan gratis ini merupakan perpaduan dari kepemimpinan populis dan strategi elektoral untuk mengabarkan kepada rakyat bahwa negara hadir dalam piring-piring rakyat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.