Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andang Subaharianto
Dosen

Antropolog, dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Rektor UNTAG Banyuwangi, Sekjen PERTINASIA (Perkumpulan Perguruan Tinggi Nasionalis Indonesia)

Proses Politik Pilpres 2024: Kritik Kebudayaan

Kompas.com - 01/02/2024, 08:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lebih celaka lagi terkesan dimaklumi, bahkan diamini oleh sebagian publik, termasuk kaum terdidik-terpelajar. Hal ini sangat membahayakan kebudayaan, karena menciptakan ketidakpastian sistem sosial, termasuk meritokrasi.

Padahal, menilik semangat dan cita-cita para pendiri bangsa, kebudayaan Indonesia didesain sebagai kebudayaan modern yang berlandaskan hukum dan etika. Bukan kebudayaan yang membiarkan kekuasaan bertindak sewenang-wenang.

Para pendiri bangsa memilih negara hukum dengan sistem demokrasi, bukan negara kekuasaan, karena kekuasaan yang tak dibatasi oleh hukum akan cenderung sewenang-wenang.

Sejak awal Indonesia berdiri sudah menolak kekuasaan yang sewenang-wenang, yang terbukti menyengsarakan banyak orang.

Kedua, nepotisme dan politik dinasti mendapatkan pembenaran kembali. Saat Orde Baru dikritik keras, karena dipandang sebagai bagian dari ketidakadilan. Ternyata kini justru ditempuh dan dicari-cari pembenarannya.

Tak ada larangan bagi setiap warga negara, termasuk kerabat presiden, menteri, gubernur, bupati, untuk menjadi pemimpin politik. Yang dikritik dari sudut kebudayaan, nepotisme dan politik dinasti cenderung menghalang-halangi pihak lain, bertentangan dengan prinsip demokrasi dan keadilan yang diperjuangkan dalam kebudayaan Indonesia.

Hal ini tampak sekali dari perkataan dan sikap Presiden Jokowi terkait putranya sebagai cawapres nomor urut 2. Jokowi kerap inkonsisten dan hipokrit. Antara yang dipidatokan dan dikerjakan kerap bertolak belakang.

Mustahil Jokowi akan melepas sang putra untuk menjalani kontestasi secara bebas, jujur, dan adil tanpa menghalang-halangi pihak lain. Jokowi, saya kira, akan terus dibayangi kekalahan pasangan sang putra dengan segenap akibat politiknya.

Bayangan itu akan terus mengganggunya, sehingga mustahil Jokowi akan diam. Kekuasaan yang masih di tangannya berpotensi disalahgunakan untuk memenangkan pasangan sang putra.

Ketiga, politik tirani, sentralisme dan totalitarianisme kekuasaan dikhawatirkan akan kembali dipraktikkan oleh penguasa. Politik tirani, sentralisme dan totalitarianisme tak lain adalah politik penyeragaman yang cenderung menggunakan kekerasan.

Proses politik Pilpres 2024, sebagaimana diuraikan di atas, membuat legitimasi hasilnya lemah. Belajar dari Orde Baru, kekuasaan yang legitimasinya lemah cenderung mengambil jalan tirani dan kekerasan.

Maka, hasil Pilpres 2024 berpotensi besar memproduksi konflik dan kekerasan serta mengancam integrasi sosial.

Tentu saja tak sejalan dengan tendensi bangsa Indonesia untuk memperbaiki kehidupannya. Tak sejalan dengan kebudayaan Indonesia yang diharapkan.

Masalah besar dan krusial tersebut justru sangat bertentangan dengan semangat dan arah revolusi mental yang digaungkan Presiden Jokowi sejak periode pertama.

Revolusi mental mestinya diawali dari pemimpin dan elite bangsa sebagai teladan. Revolusi mental mestinya menghasilkan optimisme bangsa dalam menatap masa depan.

Karena kekuasaan, Jokowi telah melupakan gagasannya sendiri, revolusi mental, yang saat itu mengundang kekaguman sebagian besar rakyat. Tapi, sayang sekali justru Jokowi sendiri yang menjauhkannya dari kenyataan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Nasional
Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Nasional
Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Nasional
Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Nasional
TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

Nasional
Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Nasional
Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Nasional
Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

Nasional
Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Nasional
Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Nasional
Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Nasional
Momen Jokowi Jadi Fotografer Dadakan Delegasi Perancis Saat Kunjungi Tahura Bali

Momen Jokowi Jadi Fotografer Dadakan Delegasi Perancis Saat Kunjungi Tahura Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com