Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Sufyan Abd
Dosen

Dosen Digital Public Relations Telkom University, Lulusan Doktoral Agama dan Media UIN SGD Bandung. Aktivis sosial di IPHI Jabar, Pemuda ICMI Jabar, MUI Kota Bandung, Yayasan Roda Amal & Komunitas Kibar'99 Smansa Cianjur. Penulis dan editor lebih dari 10 buku, terutama profil & knowledge management dari instansi. Selain itu, konsultan public relations spesialis pemerintahan dan PR Writing. Bisa dihubungi di sufyandigitalpr@gmail.com

Tiga Tafsir "Public Relation" Keberpihakan Jokowi

Kompas.com - 25/01/2024, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan kata lain, Jokowi tidak memihak dalam bahasa terang sehingga aman dari aturan tadi, sekalipun secara tersirat jelas arahnya (dengan Prabowo ada di sampingnya). Jadi, paling jauh, ini hanya persolan etika yang dilabrak --seperti kasus di MK.

Akan lain ceritanya jika saat jumpa pers tersebut, Jokowi merilis pesan secara verbal dengan sebut angka dua, dan atau pesan nonverbal, misalnya membentuk jari simbol victory/menoleh ke Prabowo saat nyatakan presiden boleh memihak/berkampanye.

Barangkali hal-hal seperti ini sudah diperkirakan sebelumnya oleh Jokowi.

Ketiga, kian kontroversi wacana publik, kian mencuat nama berikut citranya. Bahasan Jokowi kemarin, sudah jelas kontroversial karena di saat bersamaan, tekanan netralitas sudah sering disampaikan oleh Jokowi sendiri.

Bahkan, bleid aturan untuk ASN, TNI, dan Polri (sebagai bawahan utama Presiden Jokowi) sudah sampai melarang abdi negara untuk memberi emoticon suka pada unggahan di dunia maya terkait Pilpres-Pileg.

Merujuk sejumlah literatur terkait public relations, dan khususnya opini publik, maka wacana kontroversial apalagi yang menjadi polemik publik, maka otomatis akan terus merajai wacana masyarakat.

Dibahas, dikupas, dibela, diserang, dipatahkan, dipertahankan, didebat, dan berbagai tindak komunikasi lain bergantung pada preferensi dan opini individu pada hal tersebut.

Setelah isu keberpihakan ini muncul lalu dibahas berhari-hari di headline media massa, dijadikan tema diskusi daring/luring, jadi bahan meme yang suka atau benci, jadi bahan kreator konten politik di IG dan Youtube, bahkan jadi bahas tulisan paper ilmiah di kampus, maka nama Jokowi dan sikapnya itu akan bergulir terus. Kian dibicarakan kian melambung terlepas impresi-nya positif/netral/negatif.

Akhir kata, seorang pejabat publik sebaiknya lebih berhati-hati merilis pernyataan di negeri seberagam dan seunik Indonesia.

Ditambah sistem demokrasi yang agungkan kebebasan berpendapat, maka sangat wajar jika pilihan selalu mengundang dan menciptakan banyak faksi.

Jokowi dengan kejadian ini, seolah lupa bahwa selain Prabowo yang disokong secara tersirat dengan jumpa pers itu, juga punya "anak" yang lain bernama Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.

Kedua "anak" itu punya simpatisan, bahkan pendukung militan tak sedikit, yang dengan kejadian ini, maka telah sekian kalinya diperlakukan sebagai "anak tiri".

Otomatis, karena merasa dipinggirkan, kelak jika Prabowo menang, maka wajar muncul ungkapan adanya kecurangan karena kecondongan sudah dengan sadar diperlihatkan. Sementara jika kalah, maka politik bumi hangus terjadi karena dendam.

Percayalah, kedua hal ini tidak baik untuk masa depan Indonesia. Para pejabat publik, terutama Jokowi, jadilah "ayah" untuk semua!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jaksa yang Menangani Kasus Ferdy Sambo Cs Meninggal Dunia

Jaksa yang Menangani Kasus Ferdy Sambo Cs Meninggal Dunia

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Nasional
Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Nasional
Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Nasional
Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Nasional
Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Nasional
Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Nasional
Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com